BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan
merupakan ciptaan Allah SWT yang diturunkan ke bumi dengan berbagai jenis,
sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Q.S.
Thaahaa/20: 53, yang berbunyi:
“Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚö‘F{$# #Y‰ôgtB y7n=y™ur öNä3s9 $pkŽÏù Wxç7ß™ tAt“Rr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oYô_t÷zr'sù ÿ¾ÏmÎ/ %[`ºurø—r& `ÏiB ;N$t7¯R 4Ó®Lx© ÇÎÌÈ@yèy_
Terjemahnya:
“Yang telah menjadikan
bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu
jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari
tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”.[1]
Selain ayat Al-Qur’an diatas, dapat pula dilihat firman
Allah SWT dalam Q.S. Qaaf/50: 7 yaitu,
uÚö‘F{$#ur $yg»tR÷Šy‰tB $uZøŠs)ø9r&ur
$pkŽÏù zÓÅ›ºuru‘
$uZ÷Fu;/Rr&ur
$pkŽÏù `ÏB
Èe@ä.
£l÷ry— 8kŠÎgt/
ÇÐÈ
Terjemahnya : “Dan
kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan
kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata”.[2]
Allah
berfirman tentang kelimpahan dan hakikat penciptaan tumbuhan di bumi ini dalam
firman Allah SWT dalam Q.S Al-Hijr/15 ayat 19-20 :
uÚö‘F{$#ur $yg»tR÷Šy‰tB $uZøŠs)ø9r&ur
$ygŠÏù zÓÅ›ºuru‘
$uZ÷Fu;/Rr&ur
$pkŽÏù `ÏB
Èe@ä.
&äóÓx« 5brã—öq¨B
ÇÊÒÈ
$uZù=yèy_ur ö/ä3s9 $pkŽÏù |·ÍŠ»yètB
`tBur
÷Läêó¡©9 ¼çms9
tûüÏ%ΗºtÎ/ ÇËÉÈ
Terjemahnya : “Dan Kami telah menghamparkan bumi dan
menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu
menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan
hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan
pemberi rezki kepadanya”.[3]
Dari kandungan beberapa ayat di atas yaitu, Allah SWT
telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan untuk menumbuhkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan,
salah satunya tumbuhan rumput-rumputan. Poaceae
merupakan salah satu suku dari bangsa Poales
yang merupakan anggota kelas Liliopsida. Suku rumput-rumputan atau Poaceae
merupakan salah satu suku tumbuhan berbunga
terpenting, baik dari segi botani
maupun pertanian. Poaceae sering dianggap paling penting dari semua keluarga tanaman
untuk ekonomi manusia termasuk di dalamnya bahan pokok makanan biji-bijian dan
serealia. Kebudayaan
manusia sangat tergantung pada ketersediaan sejumlah bahan pangan.[4]
Anggota suku
ini adalah yang paling tinggi populasinya di dunia karena banyak tanaman
budidaya yang menjadi anggotanya dan ditanam luas sebagai bahan pangan utama
dan sebagai media penghijauan alam, yang berfungsi untuk mengurangi polutan
serta menjaga keseimbangan alam. Selain itu rumput dapat mendukung
terwujudnya suatu hamparan hijau disuatu wilayah yang dapat membantu
memperbaiki dan menjaga iklim mikro, meningkatkan nilai estetika dan menyuplai
daerah resapan air serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan
fisik.[5]
Universitas
Islam Negeri Alauddin (UIN) kampus 2 merupakan daerah yang memiliki iklim
tropis dengan curah hujan cukup untuk membentuk suatu padang rumput, sehingga
tumbuhan rumput-rumputan mampu membentuk suatu populasi. Dengan banyaknya
populasi rumput-rumputan di area kampus 2 UIN Alauddin, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul identifikasi jenis-jenis Poaceae di area kampus 2 UIN Alauddin.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu jenis-jenis
Poaceae apa saja yang ada di area kampus 2 UIN Alauddin?
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
jenis-jenis Poaceae
yang ada di area kampus 2 UIN Alauddin.
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada
mahasiswa, peneliti, dan masyarakat tentang jenis-jenis Poaceae yang ada di area kampus 2 UIN Alauddin.
[1]Departemen
Agama RI, Alqur’an dan Terjemahannya (Surabaya:
CV. Karya Utama, 2007), h. 436.
[2]Ibid., h. 436.
[3]Ibid., h. 544.
[4]Setijati
Sastrapradja, Jenis Rumput Dataran Rendah
(Bogor: Lembaga Biologi Nasional, 1980), h. 7.
[5]Juli
Soemitra Slamet, Keseimbangan Lingkungan
(Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1994), h. 20.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A. Tinjauan
umum tentang identifikasi
Identifikasi
adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menganalisa secara
lebih mendalam akan sebuah hal atau benda. Dalam pembahasan ini identifikasi
lebih mengarah ke tumbuhan. Pengetahuan tentang identifikasi, penamaan, dan
penggolongan saja (taksonomi klasik) belum dapat menjawab atau menerangkan
mengapa tumbuhan beranekaragam, bagaimana asal-usul tumbuhan itu dan bagaimana
hubungan kekerabatan satu sama lain. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan
ini perlu dilakukan kegiatan pengkajian keanekaragaman dan hubungan kekerabatan
atau yang lebih dikenal sebagai Biosistematika (taksonomi percobaan).[1]
Identifikasi
atau sering disebut determinasi, adalah kegiatan untuk menentukan apakah suatu
tumbuhan dianggap identik dengan kelompok tumbuhan yang sebelumnya telah
diklasifikasikan dan diberi nama. Jika suatu tumbuhan akan diidentifikasi, maka
hal pertama yang harus dilakukan adalah mempelajari tumbuhan itu
sebaik-baiknya. Semua sifat morfologi (seperti posisi, bentuk, ukuran, dan
jumlah bagian-bagian daun, bunga dan buah) perlu dianalisis sehingga ciri-ciri
tumbuhan yang akan diidentifikasi itu dikuasai sepenuhnya.[2]
Langkah
berikutnya adalah mencoba membandingkan atau menyamakan ciri-ciri tumbuhan tadi
dengan ciri-ciri tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan
memakai salah satu cara seperti:[3]
1.
Ingatan
Tumbuhan yang dihadapi mungkin
sudah dikenal secara langsung, sebab identitas jenis tumbuhan yang sama sudah
diketahui sebelumnya. Pengetahuan akan identitas ini mungkin didapatkan di
kelas waktu mengadakan praktikum, pernah mempelajarinya, pernah diberitahu
orang lain, atau pernah melihat gambarnya, dan lain-lain. Jadi
pengidentifikasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan seseorang.
2.
Bantuan orang lain
Pengidentifikasian tumbuh-tumbuhan
dapat dilaksanakan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani yang biasanya
bekerja di pustaka-pustaka penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang
bisa memberikan bantuan.
3.
Specimen acuan
Pengidentifikasian suatu jenis
tumbuhan dapat pula dilakukan dengan membandingkan secara langsung dengan spesimen
acuan yang biasanya diberi label bertuliskan nama. Spesimen tadi dapat berupa
tumbuhan hidup, misalnya koleksi tumbuhan yang ditanam dikebun raya atau kebun
percobaan tapi lebih sering menggunakan koleksi kering atau herbarium.
4.
Pustaka
Cara lain mengadakan
pengidentifikasian adalah dengan membandingkan atau menyamakan ciri-ciri
tumbuhan yang akan diidentifikasi dengan pertelaan-pertelaan serta
gambar-gambar yang ada dalam pustaka.
5.
Kunci identifikasi
Penggunaan kunci identifikasi atau
determinasi merupakan jalan yang paling sering dipakai dalam pendeterminasian
tumbuh-tumbuhan, terutama mereka yang tidak punya spesimen acuan yang cukup.
Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya
harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.
B. Tinjauan
Umum Tentang Suku Poaceae
Bangsa Poales hanya
terdiri atas satu suku, yaitu Poacecae atau
Gramineae yang warganya berupa terna anual atau
perennial, kadang-kadang berupa semak atau pohon yang tinggi. Batang yang
posisi bermacam-macam ada yang tegak lurus, ada yang serong ke atas, ada yang
berbaring atau merayap, kadang-kadang dengan rimpang di dalam tanah. Bentuk
batang kebanyakan seperti silinder panjang, jelas berbuku-buku dan beruas-ruas,
ruas-ruas rongga, bersekat pada buku-bukunya. Daun kebanyakan bangun pita,
panjang, bertulang sejajar, tersusun sebagai roset akar atau berselin dalam dua
baris pada batang, umumnya terdiri atas helaian, upih, dan lidah-lidah, jarang
antara helaian dan upih terdapat tangkai.[4]
Rumput
tergolong dalam suku Poaceae yaitu tanaman monokotiledon (bijinya terdiri atas
satu kotile don atau disebut juga berkeping satu). Struktur rumput relatif
sederhana, terdiri dari akar yang bagian atasnya silindris dan langsung
berhubungan dengan batang. Batangnya berbuku, helai daunnya keluar dari pelepah
daun (sheath) pada buku batang. Malai rumput terdiri atas beberapa bunga
yang nantinya menghasilkan biji. Hampir semua rumput adalah tanaman herba
(tidak berkayu) sedangkan ukuran, bentuk dan pola tumbuhnya sangat beragam.[5]
Daun tunggal, dua baris, kadang-kadang seolah-olah
berbaris banyak, pelepah daun berkembang sangat baik, pada batas pelepah dan
helaian daun kerap kali terdapat lidah,
helaian daun duduk, hampir selalu berbentuk lanset atau garis, kedua sisi dari
ibu tulang daun dengan beberapa tulang daun yang sejajar. Bunga tersusun dalam
bulir, yang terdiri dari dua glumae atau daun yang serupa sisik atau lebih dari
dua, yang duduknya berseling dalam dua baris berhadapan. Sebuah atau dua glumae
pada bulir bagian yang bawah tidak
berisi
bunga, lainnya berisi sebuah daun mahkota yang berbentuk sisik atau palea kerap
kali dua badan penggelembung, sebuah benang sari atau lebih dan sebuah bakal
buah.[6]
Perbungaan unit dasar spikelet, kumpulan spikelet membentuk spika,
racemes, panikula satu spikelet memiliki sepasang braktea disebut gluma satu
spikelet terdiri dari 1–lebih floret, tersusun pada sumbu (rakhila) satu bunga
(floret) memiliki braktea lemma dan palea floret, ♀, ♂ Perhiasan bunga terdiri
dari 2 sisik (lodiculae) stamen (10), 3, (6) stilus (1), 2, (3) stigma umumnya
seperti bulu ovarium 2-3 carpel, 1 lokul, 1 ovul, superus buah.[7]
Suku ini meliputi 500 marga dan 8000 jenis, kosmopolit, tetapi
lebih banyak di daerah tropis dan temperate udara dengan curah hujan cukup
untuk membentuk padang-padang rumput. Anggota suku
ini adalah yang paling tinggi populasinya di dunia karena banyak tanaman
budidaya yang menjadi anggotanya dan ditanam luas sebagai bahan pangan utama.
Di dalamnya termasuk tumbuhan seperti padi,
gandum,
jagung,
jelai,
jewawut,
serta sorgum
(cantel). Selain itu, bambu dan tebu
juga termasuk di dalamnya. Bahan pakan
ternak juga banyak memanfaatkan anggota suku ini, seperti rumput gajah
dan rumput raja.
Anggota suku ini beberapa di antaranya merupakan tumbuhan pengganggu (gulma)
yang penting, seperti alang-alang
dan rumput bandotan. Ada anggotanya yang merupakan sumber wangi-wangian, yaitu rumput akar wangi
dan serai.
suku ini mempunyai kepentingan ekonomi cukup besar bagi manusia.[8]
Klasifikasi
yang mewakili dari suku Poaceae yaitu:
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Anak kelas : Commelinidae
Bangsa : Cyperales
Suku : Poaceae
(Undang Ahmad
Dasukin, 1991)
1) Persebaran
Poaceae
Persebaran
setiap jenis tumbuhan yang menyusun flora dipengaruhi oleh sejarah tumbuhan
masa lalu atau masa kini, kemampuan berimigrasi sangat tergantung pada efesien
pemencaran tumbuhan dan daya penyesuaian terhadap lingkungan tempat tumbuhan
hidup (adaptasi) secara fisiologi. Setiap jenis tumbuhan yang berbeda pada
umumnya mempunyai daerah persebaran yang berbeda-beda pula, misalnya tumbuhan rumput-rumputan.[9]
Rumput
memperbanyak diri dengan bijinya, Terdiri
atas 500 marga, 8000 jenis penyebaran luas atau kosmopolit. Karena
ukurannya yang kecil dan kadang-kadang dilengkapi dengan rambut halus sebagai
alat penempel, maka biji-biji tersebut mudah menyebar oleh angin maupun
binatang.[10]
Sebagaimana
dijelaskan dalam firman Allah SWTdalam Q.S.
Al-Hijr/15: 22 yaitu:
$uZù=y™ö‘r&ur yx»tƒÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9t“Rr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøŠs)ó™r'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ“»sƒ¿2 ÇËËÈ
Terjemahnya: “Dan kami Telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan
kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan
sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.
Melalui ayat di atas menunjukkan
kepada kita bahwa tiupan angin menyebabkan perkawinan tumbuh-tumbuhan dan
rumput-rumputan, dan dengan curah hujan tumbuh jenis tertentu bagi daerah
tropis basah dan ada daerah tropis kering.[11]
Banyak jenis rumput menghasilkan pula tunas
rimpang yang berguna untuk memperbanyak diri. Selain itu batang yang menyerap
biasa disebut stolon, juga menghasilkan tunas-tunas baru. Pada jenis yang sudah
dibudidayakan potongan-potongan batang pun dipergunakan untuk memperbanyaknya.[12]
Allah
menciptakan tanaman yang tumbuh dan memperbanyak diri sesuai dengan tipe tanah
tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Q.S. AL-A’raaf/7: 58 yaitu,
à$s#t7ø9$#ur Ü=Íh‹©Ü9$# ßlãøƒs† ¼çmè?$t6tR ÈbøŒÎ*Î/ ¾ÏmÎn/u‘ ( “Ï%©!$#ur y]ç7yz Ÿw ßlãøƒs† žwÎ) #Y‰Å3tR 4 y7Ï9ºx‹Ÿ2 ß$ÎhŽ|ÇçR ÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbráä3ô±o„ ÇÎÑÈ
Terjemahnya: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin
Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.[13]
2) Manfaat
Poaceae
Poaceae termasuk tanaman
berkarakter gulma yang tumbuh pada waktu, tempat dan lokasi yang tidak
diinginkan manusia. Tanaman rumput ini dikategorikan sebagai tanaman yang
merugikan manusia. Bila dikaji lebih lanjut, ternyata tanaman rumput dapat
memberikan beberapa keuntungan kepada amnesia, yaitu sebagai penutup tanah
(elemen soft material) yang dikenal sebagai rumput lanskap. Rumput yang ditata
secara tepat dan dipelihara dengan baik akan menghasilkan hamparan rumput yang
sehat dan indah sehingga keseluruhan bentuk taman akan terlihat indah dan enak
dipandang. Penggunaan tanaman rumput dapat memberikan bentuk tekstur yang baik
pada permukaan tanah. Karakteristik yang dimiliki tanaman rumput akan memberikan
kesan halus atau kasar pada permukaan tanah. Menutup tanah dengan
tumbuh-tumbuhan (rumput) secara terus menerus, merupakan salah satu cara dalam
konservasi tanah. Fungsi rumput sebagai tanaman konservasi adalah sebagai
penahan erosi dan penutup tanah.[14]
Poaceae merupakan
kelompok tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagian digunakan
sebagai sumber bahan makanan utama, seperti padi, shorgum, gandum, jagung,
tebu, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan manusia, rumput telah dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan. Sebagian besar pakan binatang piaraan misalnya sapi,
kerbau, dan lain-lain. Yang berguna untuk
pangan manusia antara lain padi, jagung, gandum. Dari segi perumahan, rumput
tidak pula ketinggalan memainkan peranannya. Rumput pun ada yang dimanfaatkan
untuk tanaman hias, akhir-akhir ini rumput pun sangat penting bagi penggemar
olah raga. Di bidang industri pun ada jenis-jenis rumput yang berguna, sereh
adalah salah satu contohnya, di samping kegunaannya sebagai bumbu masakan
sehari-hari. Sedangkan sebagian lain, terutama genus bambu digunakan untuk
konstruksi bangunan dan konservasi tanah dan air, seperti penahan erosi
di pinggiran daerah aliran sungai (DAS).
Adapula dari marga rumput yang berfungsi sebagai tanaman penutup lahan, pengendali erosi dan untuk penutup
taman (lansekap).[15]
Allah SWT menciptakan bermacam-macam tumbuhan untuk
dimanfaatkan oleh manusia sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Lukman/31:10 yaitu
t,n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÎŽötóÎ/ 7‰uHxå $pktX÷rts? ( 4’s+ø9r&ur ’Îû ÇÚö‘F{$# zÓÅ›ºuru‘ br& y‰‹ÏJs? öNä3Î/ £]t/ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. 7p/!#yŠ 4 $uZø9t“Rr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oY÷Gu;/Rr'sù $pkŽÏù `ÏB Èe@à2 8l÷ry— AOƒÍx. ÇÊÉÈ
Terjemahnya : “Dia
menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan
gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan
memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan
air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan
yang baik”.[16]
Potensi lain diketahui bahwa ada
beberapa jenis dari Poaceae yang
dapat menghasilkan minyak atsiri. Umumnya minyak atsiri yang terpenting didapat
dari ekstraksi kelompok
tanaman marga Cymbopogon. Diantaranya adalah minyak sitronella, palmarosa lemongrass,
dan gingergrass oil (minyak serai ginger). Indonesia merupakan salah satu
negara pengeskpor minyak atsiri dunia. Beberapa senyawa minyak
atsiri merupakan
pewangi stater untuk pembuatan pewangi kimia. Minyak atsiri yang dihasilkan
selain dipengaruhi oleh cara
penyulingan, juga dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman, waktu petik, penanganan
sebelum dan sesudah penyulingan. Demikian halnya bagian tanaman
yang dipetik pada musim kemarau akan menghasilkan
kualitas dan kadar minyak yang lebih
baik dibanding musim hujan. Dalam upaya pengembangan tanaman minyak atsiri di Indonesia,
tidak hanya dilakukan melalui peningkatan produksi saja, tetapi juga
melalui diversifikasi tanaman.[17]
[1]Sudarsono,
Ratnawati, dan Budiwati, Taksonomi
Tumbuhan Tinggi (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2005), h. 11.
[2]Syamsiah, Taksonomi Tumbuhan Tinggi
(Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM, 2008), h. 1.
[3]Sudarsono,
Ratnawati, dan Budiwati, op. cit., h.
39-40.
[4]Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta) (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2002), h. 436.
[5]Crowder, Tropical Grassland Husbandry (New York: Longman Inc, 1982), h. 10.
[6]C.G.G.J. van Steenis, Flora
(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006), h. 97-98.
[7]Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus) (Jakarta: Bhratara
Karya Aksara, 1981), h. 19.
[8]Syamsiah, op. cit.,h. 127.
[9]Pudjorianto,
Pengantar dan Dasar-Dasar Sistematika
Tumbuhan (Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, 1984), hal.
77.
[10]U Nasution, “Pengamatan Berbagai Jenis Tumbuhan Penutup
Tanah di Perkebunan Karet. Pros. Lokakarya Karet 1984 PN/PT Perkebunan Wilayah
I. P4TM. Tanjung Morawa”, (1984): h. 3.
[11]Syamsuddin Hasan, ilmu Tanaman Makanan Ternak (Makassar: Alauddin Press, 2006), h.
17-18.
[12]Setijati Sastrapradja, Jenis Rumput Dataran Rendah (Bogor:
Lembaga Biologi Nasional, 1980), h. 7-8.
[13]Departemen Agama RI, Alqur’an
dan Terjemahannya (Surabaya: CV. Karya Utama, 2007), h . 212.
[14]Veronica,
Rumput Lansekap untuk Lapangan Olah Raga,
Taman, Areal parkir (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998).,h. 40.
[15]Setijati Sastrapradja, loc. cit.
[16]Departemen Agama RI, op. cit., h. 581.
[17]Andria Agusta, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika (Bandung:
ITB, 2000), h. 17.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan
penelitian deskriptif yang menggambarkan tentang identifikasi
jenis-jenis Poaceae di area kampus 2
UIN Alauddin.
B. Variabel
Penelitian
Variabel
penelitian ini adalah variable tunggal yaitu jenis-jenis Poaceae di area kampus 2 UIN Alauddin.
C. Definisi Operasional Variabel
1.
Identifikasi jenis-jenis Poaceae merupakan kegiatan mencandra
tumbuhan dengan melihat ciri morfologi yaitu akar, batang, daun, bunga, buah,
dan biji.
2.
Poaceae
adalah semua jenis rumput-rumputan yang masuk ke dalam suku Gramineae.
D. Waktu dan Tempat
Waktu dan
tempat penelitian ini yaitu direncanakan dan dilakukan pada bulan Agustus di
area kampus 2 UIN Alauddin.
E. Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
·
Kamera
·
Mikroskop Binocular
·
Mikroskop Trinocular
·
Gunting
·
Tali rafia
·
Alat tulis menulis
·
Buku panduan taksonomi tumbuhan.
·
Sasak (30 cm x 40 cm)
·
Alkohol 70%
·
Kertas koran
F. Prosedur
Penelitian
1.
Tahap Persiapan
a. Observasi
Lapangan
Langkah
pertama yang dilakukan adalah menentukan lokasi penelitian.
b. Menyiapkan
alat dan bahan
2.
Tahap Pelaksanaan
a. Pengambilan
sampel
Luas total
area kampus 2 UIN Alauddin adalah 32 hektar dan luas area terbuka yang tidak
didirikan bangunan adalah 9,6 hektar, sampel diambil dari 30% luas area terbuka
yang dibagi menjadi XIV titik yaitu, stasiun I (di
samping kiri gedung Auditorium), stasiun II
(di depan gedung Rektorat), stasiun III (di depan gedung C Fakultas
Sains dan Teknologi), stasiun IV (di samping kiri gedung Fakultas Sains dan
Teknologi), stasiun V (di samping kiri
gedung B Fakultas Sains dan Teknologi), stasiun VI (Lapangan), stasiun VII ( di
samping kiri gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), stasiun VIII (di depan
asrama putri), stasiun IX (di samping kanan Mesjid ), stasiun X (di belakang
Fakultas Adab dan Humaniora ), stasiun XI (di belakang gedung Fakultas
Kesehatan), stasiun XII (di samping kiri Fakultas Ushuluddin dan Filsafat),
stasiun XIII (di belakang gedung Fakultas Syariah dan Hukum), stasiun XIV (di
depan Poliklinik).
Proses
pengambilan sampel yaitu dengan cara membuat beberapa plot yang berukuran 3m x
3m pada masing-masing stasiun. Tumbuhan yang ditemukan pada plot tersebut
diidentifikasi dengan cara mencandra berdasarkan ciri morfologi (akar, batang,
daun, bunga, buah, dan biji).
b. Mengambil
gambar dari masing-masing bagian akar, batang, daun, bunga, buah dan biji.
c. Mengidentifikasi
tumbuhan Poaceae yang dijumpai di lapangan berdasarkan ciri morfologi (akar, batang, daun, bunga, buah dan biji).
d. Membuat herbarium.
e. Membuat kunci Identifikasi.
G.
Teknik Analisis Data
Data dari
hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Hasil penelitian identifikasi
jenis-jenis Poaceae di area kampus 2
UIN Alauddin, diketahui 17 jenis Poaceae disajikan
dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Table 4.1. Pengamatan jenis-jenis
poaceae di area penelitian (stasiun) kampus 2 UIN Alauddin.
Area penelitian (stasiun)
|
Spesies
|
Stasiun I (di samping kiri gedung Auditorium)
|
-
Cynodon
dactylon
-
Digitaria
sanguinalis
-
Eragrotis
amabilis
-
Cyperus
rotundus
-
Panicum
maximum
-
Bambusa
apus
-
Imperata
cylindrica
|
Stasiun II (di
depan gedung Rektorat)
|
-
Axonopus
compressus
-
Cyperus
rotundus
-
Digitaria
sanguinalis
|
Stasiun III (di depan gedung C Fakultas Sains dan
Teknologi)
|
-
Cynodon
dactylon
-
Axonopus
compressus
-
Cyperus
rotundus
-
Digitaria
sanguinalis
-
Eleusin
indica
|
Stasiun IV (di samping kiri gedung Fakultas Sains dan
Teknologi)
|
-
Axonopus
compressus
-
Chloris
barbata
-
Cynodon
dactylon
-
Dactyloctenium
aegyptium
-
Sorghum
halapenses
-
Imperata
cylindrica
-
Cyperus
rotundus
-
Eulalia
amaura
-
Bambusa
apus
|
Stasiun V (di
samping kiri gedung B Fakultas Sains dan Teknologi)
|
-
Eleusin
indica
-
Imperata
cylindrica
-
Axonopus
compressus
-
Sorghum
halapenses
-
Eulalia
amaura
-
Cynodon
dactylon
-
Cyperus
rotundus
|
Stasiun VI (Lapangan)
|
-
Digitaria
sanguinalis
-
Cynodon
dactylon
|
Stasiun VII ( di samping kiri gedung Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan),
|
-
Bambusa
vulgaris
-
Imperata
cylindrica
-
Eragrotis
amabilis
-
Eleusin
indica
-
Chloris
barbata
-
Digitaria
sanguinalis
|
Stasiun VIII (di depan asrama putri)
|
-
Paspalum
comersii
-
Axonopus
compressus
-
Chloris
barbata
-
Pogonatherum
paniceum
-
Digitaria
sanguinalis
-
Eragrotis
amabilis
-
Fimbristylis
annua
|
Stasiun IX (di samping kanan Mesjid ),
|
-
Chloris
barbata
-
Imperata
cylindrica
-
Axonopus
compressus
-
Panicum
maximum
-
Bambusa
vulgaris
-
Eragrotis
amabilis
|
Stasiun X (di belakang Fakultas Adab dan Humaniora )
|
-
Imperata
cylindrica
-
Cynodon
dactylon
-
Digitaria
sanguinalis
-
Panicum
maximum
-
Bambusa
apus
|
Stasiun XI (di belakang gedung Fakultas Kesehatan)
|
-
Eulalia
amaura
-
Bambusa
apus
-
Imperata
cylindrica
-
Axonopus
compressus
-
Cynodon
dactylon
|
Stasiun XII (di samping kiri Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat)
|
-
Imperata
cylindrica
-
Axonopus
compressus
-
Eulalia
amaura
|
Stasiun XIII (di belakang gedung Fakultas Syariah dan
Hukum)
|
-
Eulalia
amaura
-
Imperata
cylindrica
-
Chloris
barbata
-
Axonopus
compressus
-
Panicum
maximum
|
Stasiun XIV (di depan Poliklinik)
|
-
Panicum
maximum
-
Cynodon
dactylon
-
Cyperus
rotundus
-
Eulalia
amaura
-
Paspalum
comersii
-
Imperata
cylindrica
-
Digitaria
sanguinalis
|
No
|
Species
|
Ciri Morfologi
|
Keterangan
|
||||
Akar
|
Batang
|
Daun
|
Bunga
|
Buah/Biji
|
|||
1
|
Cynodon
dactylon
|
Sistem perakaran
serabut
|
Berwarna hijau keunguan, tinggi 0,1m-0,4m, ruas 1cm, permukaan licin,
batang rumput, berbaring, berbentuk langsing, sedikit pipih, dan berongga.
|
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan daun
sejajar, tepi kasar, seperti kertas, warna hijau, permukaan berbulu.
|
Bunga bulir, terdapat sekam, benang sari 3, putik 2, dan termasuk
bunga lengkap.
|
Bulir
|
|
2
|
Digitaria
sanguinalis
|
Sistem perakaran
serabut
|
Berwarna hijau,
tinggi 1m-1,2m, ruas 3cm-4cm, permukaan licin, batang rumput, merayap,
berbentuk pipih dan berongga.
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna
hijau keunguan, permukaan berbulu.
|
Bunga bulir,
terdapat sekam, benang sari 3, putik 2 dan termasuk bunga lengkap.
|
Bulir
|
|
3
|
Fimbristylis
annua
|
Sistem perakaran
serabut
|
Berwarna hijau,
tinggi 0,1m-0,8m, permukaan licin, sifat batang rumput, berbaring, bentuk
segitiga.
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna
hijau kebiruan, permukaan licin.
|
Bunga bongkol,
terdapat sekam, putik 2, dan termasuk bunga betina.
|
Bulir
|
|
4
|
Panicum
maximum
|
Sistem perakaran
serabut
|
Berwarna hijau, tinggi
1,5m-2m, ruas 5cm-6cm, permukaan halus, sifat batang rumput, condong, bentuk
bulat barongga.
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, permukaan
berbulu kasar.
|
Bunga malai, terdapat sekam, putik 2, termasuk bunga jantan.
|
Bulir
|
|
5
|
Axonopus
compressus
|
Sistem perakaran
serabut
|
Berwarna hijau
keunguan, tinggi 0,2m-0,5m, ruas 4cm-5cm, permukaan berbulu tipis, menjalar,
bentuk bulat berongga.
|
Bangun daun
lanset, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas,
warna hijau keunguan, permukaan berbulu.
|
Bunga bulir,
terdapat sekam, benang sari 3, putik 2, termasuk bunga lengkap
|
Bulir
|
|
6
|
Imperata
cylindrica
|
Sistem perakaran
serabut
|
Berwarna hijau
keunguan, tinggi 0,2m-1,5m, permukaan berbulu, sifat batang rumput, tegak,
bentuk bulat berongga.
|
Bangun daun garis
lanset, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas,
warna hijau, permukaan berbulu.
|
Bunga malai,
terdiri dari mahkota, benang sari 2, termasuk bunga jantan.
|
Bulir
|
|
7
|
Chloris
barbata
|
Sistem perakaran
serabut
|
Berwarna hijau,
tinggi 0,2m-0,8m, ruas 4cm-5cm, permukaan berbulu, sifat batang rumput,
merayap, bentuk bulat berongga.
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna
hijau kebiruan, permukaan berbulu kasar.
|
Bunga bulir,
terdiri dari sekam, benang sari 3, putik 2, termasuk bunga lengkap.
|
Bulir
|
|
8
|
Shorgum
halapenses
|
Sistem perakaran
serabut
|
Berwarna hijau
keunguan, tinggi 1,5m-3m, ruas 30cm-35cm, permukaan licin dan berbulu, sifat
batang rumput, tegak, bentuk bulat berongga.
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna
hijau, permukaan licin.
|
Bunga malai,
terdapat sekam, benang sari 2, termasuk bunga jantan.
|
Bulir
|
|
9
|
Eulalia amaura
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna hijau
keunguan, tinggi 0,3m-0,4m, ruas 7cm-8cm, permukaan licin, sifat batang
rumput, tegak, bentuk bulat berongga.
|
Bangun daun ujung
tombak, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas,
warna hijau, permukaan berbulu halus.
|
Bunga tandan
tertutup, terdapat mahkota, benang sari 2, termasuk bunga jantan.
|
Tandan
|
|
10
|
Eleusin
indica
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna hijau,
tinggi 0,1m-0,9m, ruas 4cm-6cm, permukaan berbulu halus, sifat batang rumput,
condong, bentuk bulat berongga,
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepiu rata, daging seperti kertas, warna
hijau muda, permukaan berbulu halus.
|
Bunga bulir,
terdapat sekam, benang sari 3, putik 2, termasuk bunga lengkap.
|
Bulir
|
|
11
|
Dactyloctenium
aegyptium
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna hijau,
tinggi 0,1m-0,6m, ruas 4cm-5cm, permukaan licin, sifat batang rumput,
merayap, bentuk bulat berongga.
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna
hijau, permukaan berbulu.
|
Bunga bulir,
terdapat sekam, benang sari 3, jumlah putik 2, termasuk bunga lengkap.
|
Bulir
|
|
12
|
Pogonatherum
paniceum
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna hijau,
tinggi 0,1m-0,6m, ruas 4cm-6cm, permukaan berbulu, sifat batang rumput,
condong, bentuk bulat silindris berongga.
|
Bangun daun garis
lanset, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas,
warna hijau, permukaan berbulu halus.
|
Bunga bulir,
terdapat sekam, putik 2, termasuk bunga betina.
|
Bulir
|
|
13
|
Eragrotis
amabilis
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna hijau
keunguan, tinggi 0,1m-0,6m, ruas 5cm-6cm, permukaan berbulu halus, sifat
batang rumput, bentuk bulat berongga.
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna
hijau tua, permukaan berbulu halus.
|
Bunga malai,
terdapat sekam, putik 2, termasuk bunga betina.
|
Malai
|
|
14
|
Cyperus
rotundus
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna hijau tua,
tinggi 0,1cm-0,8cm, permukaan licin, sifat batang rumput, tegak, bentuk
tumpul persegi tiga tajam.
|
Bangun daun bentuk
garis, ujung daun runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti
kertas, warna hijau tua mengkilat, permukaan licin.
|
Bunga bulir,
terdapat sekam, benang sari 3, termasuk bunga jantan.
|
Bulir
|
|
15
|
Paspalum
commersii
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna hijau tinggi
1m-2m, ruas 4cm-4,5cm, permukaan berbulu, sifat batang rumput, berbaring,
bulat berongga.
|
Bangun daun garis,
ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna
hijau permukaan berbulu.
|
Bunga bulir,
terdapat sekam, benang sari 3, termasuk bunga jantan.
|
Bulir
|
|
16
|
Bambusa
vulgaris
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna kuning
bergaris hijau membujur, tinggi 5m-25m, diameter 1,5cm-3cm, ruas 10cm-15cm,
permukaan licin.
|
Pelepah 4cm-5cm,
tangkai anak daun 0,1mm-0,25mm, bangun daun lanset, ujung runcing, pangkal
membulat, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan kasar,
jumlah helaian pada tangkai 9.
|
Merupakan bunga majemuk tak berbatas (inflorencentia racemosa). Di atas
tangkai sangat tipis, panjang 1,5 – 3,5 cm. Anak bulir panjang 2 – 2 mm.
Tangkai putik 2, kepala putik kuning. Buah kuning kecoklatan. Kerapkali pada
dinding yang terjal; 5 – 1.700 m.
|
-
|
|
17
|
Bambusa
apus
|
Sistem perakaran
serabut
|
Warna hijau tua,
tinggi 10m-25m, diameter 5cm-10cm, ruas 15cm-22cm, permukaan licin.
|
Bangun daun
lanset, ujung runcing, pangkal membular, tepi rata, daging seperti kertas,
warna hijau, permukaan licin, jumlah helaian pada tangkai 6
|
Merupakan bunga majemuk tak berbatas (inflorencentia racemosa). Di atas
tangkai sangat tipis, panjang 1,5 – 3,5 cm. Anak bulir panjang 2 – 2 mm.
Tangkai putik 2, kepala putik kuning. Buah kuning kecoklatan. Kerapkali pada
dinding yang terjal; 5 – 1.700 m.
|
-
|
|
B. Pembahasan
Hasil
penelitian identifikasi jenis-jenis Poaceae
di area kampus 2 UIN Alauddin, diketahui 17 jenis Poaceae disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:
1. Axonopus
compressus (Swartz) Beauv. (jukut pait).
Gambar 4.1. Morfologi Axonopus compressus (Swartz) Beauv.
(jukut pait).
A.Morfologi
seluruh bagian tumbuhan Axonopus
compressus (Swartz) Beauv. (jukut pait); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D. Daun: (4) Apex,
(5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen,
(8) Pistillum, (9) sekam; F (10) Biji.
Deskripsi:
Rumput
menahun, membentuk bahan jerami di tanah dengan batang yang memiliki sudut
antar ruas, batangnya berdaun 1-2, tunasnya menjalar dan bercabang, seringkali
berwarna ungu, tingginya mencapai 0,2-0,5 m. Helaian daunnya berbentuk lanset,
memiliki tepian kasar, yang berukuran 2,5-37 kali atau 0,6-1,6 cm. Pangkal
daunnya berlekuk dan ujungnya lancip dengan permukaan yang bergelombang.
Memiliki bulir pada satu sisi, panjangnya mencapai 3-11 cm. Anak bulir
berselang seling kiri dan kanan, menempel pada porosnya, bentuknya memanjang,
ukurannya 2,5 mm. Jumlah benang sarinya 3, tangkai putiknya 2, ukuran kepala
putiknya besar, muncul kesamping, warnanya putih.[1]
Jukut
pait berkembangbiak dengan cepat melalui biji atau dengan batang memanjat.
Biji-bijinya mudah sekali menempel pada benda yang menyentuhnya, terutama dalam
keadaan basah.[2]
2. Bambusa
apus
Gambar 4.2. Morfologi Bambusa apus
A. Morfologi
seluruh bagian Bambusa apus; B (1)
Rebung; C. Batang: (2) Internodus,
(3) Nodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. (7) Costa, (8) Lingula.
Deskripsi:
Merupakan
sistem akar serabut (radix adventicia).
Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizoma)
berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat
tumbuh menjadi batang disebut rebung. Karakter
rebung dapat digunakan untuk membedakan setiap jenis bambu, yaitu : bentuk
rebung, warna pelepah rebung, warna bulu pada pelepah rebung, posisi daun
pelepah rebung, bentuk kuping pelepah dan pinggiran daun pelepah rebung. Bentuk
rebung terdiri dari bentuk mengerucut dan bentuk ramping. Bambu yang
berdiameter lebih dari 10 cm, umumnya memiliki bentuk rebung mengerucut,
sedangkan bambu yang berdiameter kurang dari 10 cm memiliki bentuk rebung yang
ramping. Bentuk rebung mengerucut terdapat pada jenis Bambusa apus, warna pelepah rebung hijau muda sampai hijau tua,
Kuping pelepah rebung dari semua jenis bambu yang diperoleh dalam penelitian
ini bentuk kuping pelepah rebung menggaris.[3]
Karakter buluh bambu
dapat dijadikan sebagai karakter yang baik dalam mengelompokkan jenis-jenis
bambu ke tingkat marga dan jenis. Karakter buluh yang dapat digunakan dalam
membedakan jenis-jenis bambu adalah tipe buluh, tinggi buluh, warna buluh (muda
dan tua), permukaan buluh (muda dan tua), panjang ruas buluh, diameter buluh,
ketebalan dinding buluh dan karakter buku, Tipe buluh bambu yang ditemukan
dalam penelitian ini adalah tegak dan berbiku-biku, Warna buluh muda umumnya
hijau (hijau muda sampai hijau tua), Karakter pelepah buluh adalah karakter
yang baik untuk mengelompokkan bambu ke dalam tingkatan jenis. Perbedaan dalam
pelepah buluh bambu meliputi : luruh tidaknya pelepah buluh, panjang pelepah
buluh, permukaan adaksial dan abaksial pelepah buluh, warna pelepah, bentuk
kuping pelepah, lipatan ujung kuping pelepah, ada tidaknya bulu kejur pada
kuping pelepah, tinggi ligula, pinggiran ligula, ada tidaknya bulu kejur pada
ligula, posisi daun pelepah, tinggi daun pelepah, dan pangkal daun pelepah,
pada jenis ini pelepahnya tidak mudah luruh.[4]
Merupakan daun majemuk (folium
compositum), dimana tangkainya bercabang-cabang dan pada cabang tangkai ini
terdapat lebih dari satu helaian daun. Pada pangkalnya pelepah daun mempunyai
karangan rambut yang pendek. Memiliki lidah (ligula) berupa selaput tipis yang biasanya ditemukan diperbatasan
helai pelepah daun sangat pendek. Helaian daun bentuk garis lancet, halus
sepanjang tepi dan rata (integer),
kedua sisi kasar, pada waktu muda kering menggulung, 4 – 8 kali 0,3 – 0,8 cm.[5] Memiliki pertulangan daun
yang sejajar, dimana terlihat tulang-tulang daun yang kecil seperti pada daun
yang bertulang melengkung semuanya berasal dari pangkal ibu tulang daun (petioles communis). Karena daun sempit
dan panjang, tulang-tulang tersebut tidak kelihatan melengkung, tetapi lurus
dan sejajar (rectinervis) satu sama
lain. Ujung daun (apex folii) dan
pangkal daun (basis folii) runcing (acutus).[6]
Batang
tumbuh tegak, merapat antara batang satu dengan lainnya, warna batang hijau
muda kadang sampai hijau tua, pelepah selalu menempel, ujung meleungkung.
Rumpun rapat 11 batang setiap meter, tinggi batang bisa mencapai 16,5 m dengan
diameter pangkal 8,5 cm, berdinding tipis, dengan jumlah ruas sebanyak 68 ruas,
ruas terpanjang 68 cm dan berat batang segar 15 kg.[7]
3. Bambusa
vulgaris
Gambar 4.3. Morfologi Bambusa vulgaris
A.Morfologi
seluruh bagian Bambusa vulgaris; B
(1) Rebung; C. Batang: (1) Nodus, (2)
Internodus; E. (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal, (7)
Rakis; F. (8) Costa, (9) Lingula.
Deskripsi:
Setiap rumpun menghasilkan 8 – 14 batang setiap tahun, sekitar 2 –
3 bulan rebung mencapai pertumbuhan dewasa, dan 3 bulan kemudian batang
mencapai tinggi maksimum. Rumpun
bambu memiliki tinggi 1 – 0,6 m. Batang
bercabang, tipis, boleh dikatakan bulat silindris (teres), keras, berdaun sangat dekat dengan ujung. Karakter rebung dapat digunakan untuk
membedakan setiap jenis bamboo yaitu : bentuk rebung, warna pelepah rebung,
warna bulu pada pelepah rebung, posisi daun pelepah rebung, bentuk kuping
pelepah dan pinggiran daun pelepah rebung. Bentuk rebung terdiri dari bentuk
mengerucut dan bentuk ramping. Bambu yang berdiameter lebih dari 10 cm, umumnya
memiliki bentuk rebung mengerucut, sedangkan bambu yang berdiameter kurang dari
10 cm memiliki bentuk rebung yang ramping. Sedangkan pada jenis bamboo ini
memiliki rebung berbentuk ramping.[8]
Karakter pelepah buluh
adalah karakter yang baik untuk mengelompokkan bambu ke dalam tingkatan jenis.
Perbedaan dalam pelepah buluh bambu meliputi : luruh tidaknya pelepah buluh,
panjang pelepah buluh, permukaan adaksial dan abaksial pelepah buluh, warna pelepah,
bentuk kuping pelepah, lipatan ujung kuping pelepah, ada tidaknya bulu kejur
pada kuping pelepah, tinggi ligula, pinggiran ligula, ada tidaknya bulu kejur
pada ligula, posisi daun pelepah, tinggi daun pelepah, dan pangkal daun
pelepah. Pelepah buluh bambu jenis B.vulgaris mudah luruh.[9]
Batang
berwarna hijau, percabangan dimulai dari buku paling bawah. Rumpun jarang 4
batang setiap meter. Tinggi batang bisa mencapai 10 m dengan diameter 9 cm.
Diketahui terdapat 2 jenis bambu ampel hijau yaitu yang berwarna batang hijau
muda dengan batang tumbuh lurus dan ampel hijau tua yang batangnya tumbuh
membengkok atau melengkung.[10]
Tinggi
mencapai 10 - 20 m (batang berbuluh
sangat tipis dan tebal dinding batang 7 - 15 mm), diameter 4-10 cm (jarak buku
20 - 45 cm), dan warna batang kuning muda bergaris hijau tua. Tempat tumbuh
mulai dataran rendah hingga ketinggian 1200 m, di tanah marjinal atau di
sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5 - 6,5, tumbuh paling baik pada
dataran rendah. Air rebusan rebung muda bambu kuning dimanfaatkan untuk
mengobati penyakit hepatitis. Batangnya banyak digunakan untuk industri mebel,
bangunan, perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan dan juga sangat baik untuk
bahan baku kertas.[11]
Karakter daun dapat
digunakan dalam mengelompokkan bambu ke dalam tingkatan jenis (spesies). Adapun
karakter pembeda daun dari masing masing bambu adalah ukuran, warna daun,
permukaan atas dan bawah daun, ada tidaknya bulu pada pelepah, bentuk kuping
pelepah daun, tinggi kuping pelepah, tinggi ligula, pinggiran ligula dan ada
tidaknya bulu kejur pada ligula. Ukuran daun bambu umumnya 4,4-8x5-40cm. Ukuran
daun terkecil yaitu pada jenis B.multiplex
(1-1,5x5-10cm) dan yang terbesar adalah pada D.asper (5- 10x5-40cm). Warna daun bambu umumnya hijau. Permukaan atas
daun bambu umumnya tidak berbulu. Permukaan bawah daun bambu yang tidak
berbulu.[12]
4. Chloris
barbata Swartz. (rumput kembang goyang)
Gambar 4.4. Morfologi Chloris barbata Swartz. (rumput kembang
goyang)
A. Morfologi
seluruh bagian Chloris barbata
Swartz. (rumput kembang goyang); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D. Daun: (4) Apex,
(5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) sekam, (8) Pistillum,
(9) Stamen; F (10) Biji.
Deskripsi:
Perawakan
rumput kembang goyang tidak jauh berbeda dengan jukut jampang dan hidup
keduanya pun bercampur. Batangnya merayap pada pangkalnya dan mengeluarkan
akar, tingginya mencapai 0,2-0,8 m. Pelepah daun yang bagian bawah berlunas,
lidah daunnya pendek. Helaian daun berbentuk garis, tepi daunnya kasar,
permukaan kasar, warnanya hijau kebiruan, ukurannya 0,4-1 cm. Bulirnya
berjumlah 4-28, berkumpul, panjangnya 2-10 cm. Sekam terlipat, berambut,
warnanya keungu-unguan. Benang sari berjumlah 3, kepala sarinya berwarna putih,
tangkai putik berjumlah 2, kepala putik tersebut muncul disamping dan warnanya
keungu-unguan. Rumput ini banyak dijumpai disepanjang pantai yang kering dan
cerah.[13]
5.
Cynodon dactylon (L.) Pers.
(Grinting)
Gambar 4.5. Morfologi Cynodon dactylon (L.) Pers. (Grinting)
A.Morfologi
seleruh bagian Cynodon dactylon (L.)
Pers. (Grinting); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D.
Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Pistillum,
(8) sekam, (9) Stamen; F (10)
Biji
Deskripsi:
Cynodon
dactylon mempunyai pertumbuhan badaniah yang hampir serupa dengan rumput
peking. Di alam tumbuhnya sering bercampur dengan rumput jenis lainnya.
Hidupnya semusim. Mempunyai rimpang dan stolon yang tumbuhnya kesegala arah.[14]
Tinggi
0,1 m – 0,4 m. batang langsing, sedikit pipih, yang tua dengan rongga kecil.
Daun kerapkali jelas 2 baris. Lidah sangat
pendek. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiruan, berambut
atau gundul. Bulir 3 – 9, mengumpul. Poros bulir berlunas. Anak bulir berdiri
sendiri, berseling kiri kanan, berwarna keunguan. Sekam 1 – 2, benang sari 3,
tangkai putik 2, kepala putik berwarna ungu, muncul ditengah-tengah anak bulir.[15]
7. Dactyloctenium aegyptium Richt.
(rumput tapak jalak)
Gambar 4.7. Morfologi Dactyloctenium aegyptium Richt. (rumput
tapak jalak)
A.Morfologi
seluruh bagian Dactyloctenium aegyptium
Richt. (rumput tapak jalak); B (1) Akar;
C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D. Daun: (4) Margo, (5) Apex, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8) Pistillum, (9) sekam; F (10) Biji.
Deskripsi:
Rumput ini berumur 1 tahun dengan pangkal
batang yang merayap atau sering bercabang, tingginya mencapai 0,1-0,6 m.
bulirnya seringkali berjumlah 1-7, tangkai bulirnya memiliki bulu yang panjang,
anak bulirnya berselang seling. Sekam menempel kuat berbentuk perahu, berwarna
kecoklatan. Benang sari berjumlah 3, kepala sarinya kecil dan berwarna kuning.
Tangkai putik berjumlah 2, dan berwarna putih. Rumput ini biasanya tumbuh di
daerah yang bermusim kemarau.[17]
8.
Digitaria sanguinalis Scop. (Jampang
piit)
Gambar 4.8. Morfologi Digitaria sanguinalis Scop. (Jampang
piit)
A.Morfologi
seluruh bagian Digitaria sanguinalis Scop.
(Jampang piit); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus,
(3) Internodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E.
Bunga: (7) Pistillum, (8) Stamen, (9) sekam; F (10) Biji.
Deskripsi:
Tinggi
mencapai 1 – 1,2 m. Batangnya besar dan pipih semakin ke bawah rongganya
semakin besar. Pelepah daunnya menyatu menjadi satu pada batang, helaian daun
berbentuk garis lanset atau garis, bertepih kasar, warna agak keunguan,
ukurannya 2-25 kali 0,3-1,3 cm. Bulirnya berjumlah 2-22 perkarang bunga, tumbuh
pada ketinggian yang tidak sama. Anak bulir berselang seling kiri dan kanan
dari porosnya, ukurannya 2-4 mm. Rambut tepi dari sekam pada buah saling
menjauh. Jumlah benang sari 3, kepala sari berwarna kuning atau ungu. Tangkai
putik berjumlah 2, kepala putik muncul diujung anak bulir warnanya ungu kemerahan,
dan jarang berwarna putih.[18]
Banyak
dijumpai dipinggir jalan, pematang sawah, sepanjang aliran sungai atau parit
dan hutan sekunder. Tumbuhnya pada ketinggian 1-1500 m dari permukaan laut.[19]
9.
Eleusin indica (L.) Gaertn. (rumput
belulang)
Gambar 4.9. Morfologi Eleusin indica (L.) Gaertn. (rumput
belulang)
A. Morfologi seluruh
bagian Eleusin indica (L.) Gaertn.
(rumput belulang); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D.
Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga (7) Pistillum;
F (8) Biji.
Deskripsi:
Rumput
ini berumur pendek, berumpun kuat, jumlahnya kecil, pada batangnya seringkali
bercabang pada bagian pangkalnya. Tingginya mencapai 0,1-0,9 m. pada tiap
bukunya terdapat 3-5 daun yang letaknya saling menutupi, dari salah satu ketiak
daunnya tumbuh tunas baru. Helaian daunnya berbentuk garis, dengan tepi kasar,
pada ujungnya, pelepahnya berwarna hijau muda, berbulu halus yang ukurannya
panjang. Perbungaannya tegak terdiri atas 4-6 bulir yang tersusun terpusar
diujung, 1-2 bulir yang dibawah letaknya berseling. Panjang masing-masing bulir
3-5 cm, bulirnya licin terdapat 4-12 buah bung. Sekam tertempel dan saling
berhadapan, benang sarinya 3, kepala sari pendek, tangkai putiknya 2 berwarna
ungu. Rumput ini memiliki musim perbungaan sepanjang tahun.[20]
10.
Eragrotis amabilis O.K. (rumput
empirit-empiritan)
Gambar 4.10. Morfologi Eragrotis amabilis O.K. (rumput
empirit-empiritan)
A. Morfologi seluruh
bagian Eragrotis amabilis O.K.
(rumput empirit-empiritan); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus;
D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8)
Pistillum, (9) Sekam; F (10) Biji.
Deskripsi:
Rumput
ini berumur 1 tahun memiliki rumpun yang banyak, tingginya mencapai 0,1-0,6 m.
Batang berbentuk bulat cylindris, semakin kebawah semakin berongga. Helaian
daun berbentuk garis, tepinya kasar dengan ukuran 0,2-0,7 cm. bunga berbentuk
malai, bulir bertangkai pendek berwarna keunguan. Sekam memiliki bulu yang
panjang, kepala sari berwarna ungu, tangkai putiknya 2.[21]
11.
Eulalia amaura (Buese) Ohwi. (rumput
lamuran)
Gambar 4.11. Morfologi Eulalia amaura (Buese) Ohwi. (rumput
lamuran)
A. Morfologi
seluruh bagian Eulalia amaura (Buese)
Ohwi. (rumput lamuran); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D.
Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8)
Sekam; F (9) Biji.
Deskripsi:
Rumput
ini tumbuh dibeberapa musim. Batangnya rimpang dan berongga pada bagian
dalamnya. Pertumbuhannya menjalar yang kadang-kadang meninggi juga,
percabangannya kesemua arah. Pelepahnya hijau keunguan dengan bulu-bulu halus
di sepanjang tepi dan pangkalnya. Helaian daunnya berbentuk ujung tombak, permukaannya
berbulu halus. Perbungaannya berupa bunga tandan yang tertutup, tandan tumbuh
tegak dan panjangnya sampai 8 cm. bulirnya berpasangan dengan susunan yang
berseling, pada setiap pasangnya ada satu buliran bertangkai dan ada pula yang
tidak bertangkai. Seluruh permukaan bulirnya berbulu halus atau licin, warnanya
coklat kekuningan.[22]
13.
Imperata cylindrica Beauv. Van mayor
Hubb (alang-alang)
Gambar 4.13. Morfologi Imperata cylindrica Beauv. Van mayor
Hubb (alang-alang)
A. Morfologi
seluruh bagian Imperata cylindrica
Beauv. Van mayor Hubb (alang-alang); B (Akar); C (Batang); D. (3) Apex, (4) Margo, (5) Basal; E. (6) Stamen, (7) Pistillum, (8) Sekam; F (9) Biji.
Deskripsi:
Rumput
menahun dengan tunas menjalar yang keras, tinggi mencapai 0,1-0,4 m. batangnya
langsing, sedikit pipih, batang yang tua memilki rongga kecil. Helaian daun
berbentuk garis, tepinya kasar, berwarna hijau kebiruan, memiliki rambut
ataupun gundul, ukurannya 0,2-0,7 cm. jumlah bulir 3-9 mengumpul, panjangnya
1,5-6 cm. Sekam berjumlah 1-2, benang sari berjumlah 3, tangkai putik berjumlah
2, kepala putiknya berwarna ungu, muncul diantara anak bulir.[23]
15.
Paspalum commersii Lamk. (rumput
gegenjuran)
Gambar 4.15. Morfologi Paspalum commersii Lamk. (rumput
gegenjuran)
A. Morfologi
seluruh bagian Paspalum commersii
Lamk. (rumput gegenjuran); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D.
(4) Apex, (5) Margo, (6), Basal; E.
Bunga: (7) Stamen, (8) Sekam; F (9)
Biji.
Deskripsi:
Buluh
yang menjalar berwarna ungu dan percabangannya sederhana. Pada tiap
buku-bukunya keluar akar dan tumbuh tunas baru. Pelepahnya licin dan panjangnya
sampai 5 cm. permukaan daunnya rata dengan tepi yang berbulu halus.
Percabangannya berupa sepasang tandan, seringkali terdapat satu tandan lagi di
bawahnya. Tumbuh tandannya tegak atau condong. Bentuk bulirannya bulat telur,
permukaannya rata, pada bagian tepinya berambut halus dan warnanya kuning.
Memiliki benang sari 3, dan musim berbunganya sepanjang tahun.[24]
16. Pogonatherum paniceum Hack. (rumput
bambu)
Gambar 4.16. Morfologi Pogonatherum paniceum Hack. (rumput
bambu)
A. Morfologi
seluruh bagian Pogonatherum paniceum
Hack. (rumput bambu); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D.
Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8)
Sekam; F (9) Biji.
Deskripsi:
Rumput
menahun yang sangat kuat, tingginya mencapai 0,1-0,6 m, batangnya memiliki
cabang dan berbentuk bulat cylindris. Pada pangkalnya, daun memiliki bulu yang
pendek, lidah daunnya pendek, helaian daun berbentuk garis, dan sepanjang tepi
daunnya kasar. Pada tumbuhan yang tua memiliki bulir yang banyak dengan ukuran
1,5-3,5 cm, anak bulirnya panjang yang berukuran 2-3 mm. Kepala putik berwarna
kuning, tangkai putiknya berjumlah 2. Rumput ini tumbuh pada daerah yang
bermusim kemarau.[25]
17.
Shorgum halapenses (L.) Pers. (rumput
cantel)
Gambar 4.17. Morfologi Shorgum halapenses (L.) Pers. (rumput
cantel)
A. Morfologi
seluruh bagian Shorgum halapenses
(L.) Pers. (rumput cantel); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D.
Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8)
Sekam; F (9) Biji.
Deskripsi:
Rumput
cantel rumpungnya tidak banyak dan biasanya hanya terdiri atas beberapa buluh
saja. Hidupnya selama beberapa musim. Buluhnya licin dan ditutupi sejenis zat
lilin yang tipis, tinggi masing-masing buluh sampai 3 m. Pada buku-buku yang
letaknya dibawah keluar akar-akar yang kuat. Pelepah licin dan berbulu pada
bagian pangkal daun. Helaian daunnya lebar dengan pangkal yang bundar dan
ujungnya lancip sekali. Permukaan daun licin dan tepinya tajam warnanya hijau
muda atau hijau muda keunguan, permukaannya berbulu halus. Perbanyakannya
adalah dengan biji, meskipun demikian anakannya juga dapat membantu perkembang biakannya.[26]
[1]C.G.G.J. van Steenis, Flora
(Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006), h. 107.
[3]Tini Wulandari. “Manfaat rebung”. http://www.duniapustaka.net/KSU-pointer/manfaat_
rebung (08 September 2009), h. 1.
[4]Ibid.
[6]Gembong. “Morfologi Tumbuhan”. Griya, hal. 32, 34 40, 41, dan 49.
[7]Merryana Kiding. Koleksi Jenis-Jenis Bambu di KHDTK
Mengkendek - Tana Toraja (Sulawesi selatan: Balai Penelitian Kehutanan
Makassar, 2009), h. 142
[8]J.A. Sonjaya. “Konstruksi Bambu”. Http://www.sahabatbambu.com/services/bamboo-construction.
htm&imgurl (30 April 2011), h. 1.
[11]J.A. Sonjaya. “Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomis”. http://www.sahabatbambu. com/
jenis-jenis-bambu-bernilai-ekonomis.htm.
(01 Januari
2010), h. 1.
[12]Ibid.
[13]C.G.G.J. van Steenis, loc. cit.
[15]Ibid.
[16]Ibid.
[19]Setijati Sastrapradja, Jenis Rumput Dataran Rendah (Bogor:
Lembaga Biologi Nasional, 1980), h. 25.
[20]C.G.G.J. van Steenis, op. cit., h. 110.
[22]Setijati Sastrapradja, op. cit., h. 59.
[25]C.G.G.J. van Steenis, op. cit., h. 104.
[26]Setijati Sastrapradja, op. cit., h. 13.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka
dapat disimpulkan bahwa jenis dari suku Poacecae yang terdapat di area kampus 2 UIN Alauddin yaitu 17 jenis antara lain Axonopus compressus, Bambusa apus, Bambusa
vulgaris, Chloris barbata, Cynodon dactylon, Cyperus
rotundus, Dactyloctenium aegyptium, Digitaria
sanguinalis, Eleusin indica, Eragrotis
amabilis, Eulalia amaura, Fimbristylis annua,
Imperata cylindrical, Panicum maximum, Paspalum
commersonii, Pogonatherum paniceum, dan
Sorghum halapenses.
B. Saran
Adapun saran yang dapat dikemukakan
oleh penulis sehubungan dengan penelitian ini yaitu diharapkan kepada peneliti
lainnya untuk melakukan penelitian yang relevan dengan penelitian ini,
khususnya mengenai perbedaan anatomi familia Poacecae.
DAFTAR
PUSTAKA
Afriastin.
Daftar Nama Tanaman. Jakarta: Penebar
Swadaya, 1994.
Agusta,
Andria. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropik., Bandung:
ITB, 2000.
Ariningsih, Rizki Istya. “Isolasi Streptomyces Dari Rizosfer Familia
Poaceae Yang Berpotensi Menghasilkan Anti jamur Terhadap Candida Albicans.”
Skripsi Sarjana, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Surakarta, 2009.
Crowder,
and Chheda. Tropical Grassland Husbandry.
New York: Longman Inc, 1982.
Dasuki,
Undang. Sistematik Tumbuhan Tinggi.
Pusat Antar University, Bidang ilmu Hayati ITB: Bandung, 1991.
Departemen
Agama RI. Alqur’an dan Terjemahannya. Surabaya: CV. Karya Utama, 2007.
Gassing,
Qadir, dan W, halim. Pedoman Penulisan
karya Tulis Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Alauddin press:
Makassar, 2008.
Hariyanto,
Sucipto. Teori dan Praktik Ekologi.
Surabaya: Airlangga University Press, 2008.
Hasan,
Syamsuddin. ilmu Tanaman Makanan Ternak. Makassar:
Alauddin Press, 2006.
Kumurur,
A. Veronika, Ir. Rumput Lansekap
untuk Lapangan Olah Raga, Taman, Areal parkir, Jakarta: Penebar Swadaya,
1998.
Loveless.
Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis. Jakarta: PT
Gramedia, 1998.
Nasution.
“Pengamatan Berbagai Jenis Tumbuhan
Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Pros. Lokakarya Karet 1984 PN/PT Perkebunan
Wilayah I. P4TM. Tanjung Morawa”, (1984).
Pudjorianto. Pengantar dan Dasar-Dasar Sistematika Tumbuhan. Yogyakarta:
Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, 1984.
Sastrapradja,
Setijati. Jenis Rumput Dataran Rendah.
Bogor: Lembaga Biologi Nasional, 1980.
Slamet,
Juli Soemitra. Keseimbangan Lingkungan.
Yogyakarta, Gadjah Mada University, 1994.
Steenis,
C.G.GJ. Van. Flora. Jakarta: PT
Pradnya Paramita, 2006.
Sudarsono, Ratnawati, dan Budiwati. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang:
Penerbit Universitas Negeri Malang, 2005.
Syamsiah.
Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM, 2008.
Tjitrosoepomo,
Gembong. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus). Jakarta: Bhratara Karya
Aksara, 1981.
______.
Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 2002
0 komentar:
Posting Komentar