BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Di kawasan
tropis seperti Indonesia, seperti iklim sangat mendukung pertumbuhan dan
produksi tanaman perkebunan, misalnya kelapa sawit, karet, kakao, dan
lain-lain. Di sisi lain kondisi iklim tersebut juga mendukung perkembangbiakan
berbagai jasad pengganggu yang merugikan tanaman, termasuk gula. Sangat banyak
defenisi yang diberikan terhadap tumbuhan pengganggu yang biasa disebut gulma,
misalnya Mueller (1983) mendefenisikan gulma sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan
yang tidak berguna bahkan memberikan kerugian terhadap jenis tanaman budidaya
(peliharaan). Defensi lain dikemukan oleh Beal bahwa gulma is any plant out of
place (tumbuhan yang salah tempat).
Gulma adalah tumbuhan yang
kehadirannya tidak diinginkan pada lahan pertanian karena menurunkan hasil yang
bisa dicapai oleh tanaman produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis,
karena berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma
menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui
kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies tumbuhan.
Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma. Sebaliknya,
tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak mengganggu.
Berdasarkan
hal tersebut di atas sehingga praktikum ini dilaksanakan sebagai salah satu
alternatif untuk dapat mengetahui berbagai jenis gulma dengan cara pengamatan
secara langsung dan membandingkannya dengan teori yang telah ada sebelumnya.
B.
TUJUAN
Adapun
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui jumlah gulam yang terdapat
pada suatu area secara sistematis.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Gulma adalah tumbuhan yang kehadirannya tidak diinginkan pada
lahan pertanian karena menurunkan hasil yang bisa dicapai oleh tanaman
produksi. Batasan gulma bersifat teknis dan plastis. Teknis, karena
berkait dengan proses produksi suatu tanaman pertanian. Keberadaan gulma
menurunkan hasil karena mengganggu pertumbuhan tanaman produksi melalui
kompetisi. Plastis, karena batasan ini tidak mengikat suatu spesies
tumbuhan. Pada tingkat tertentu, tanaman berguna dapat menjadi gulma.
Sebaliknya, tumbuhan yang biasanya dianggap gulma dapat pula dianggap tidak
mengganggu. Contoh, kedelai yang tumbuh di sela-sela pertanaman monokultur jagung dapat
dianggap sebagai gulma, namun pada sistem tumpang sari
keduanya merupakan tanaman utama. Meskipun demikian, beberapa jenis tumbuhan
dikenal sebagai gulma utama, seperti teki dan alang-alang.
Ilmu yang mempelajari gulma, perilakunya, dan pengendaliannya dikenal sebagai ilmu gulma[1].
Biasanya orang membedakan gulma ke dalam tiga kelompok:
a.
Gulma teki-tekian
Kelompok ini memiliki daya tahan luar biasa terhadap
pengendalian mekanik karena memiliki umbi
batang di dalam
tanah yang mampu bertahan berbulan-bulan. Selain itu, gulma ini menjalankan
jalur fotosintesis C4 yang menjadikannya sangat efisien
dalam 'menguasai' areal pertanian secara cepat. Ciri-cirinya adalah penampang
lintang batang berbentuk segi tiga membulat, dan tidak berongga, memiliki daun
yang berurutan sepanjang batang dalam tiga baris, tidak memiliki lidah
daun, dan titik tumbuh tersembunyi.
Kelompok ini mencakup semua anggota Cyperaceae (suku teki-tekian) yang menjadi gulma. Contoh: teki ladang (Cyperus rotundus), udelan (Cyperus kyllinga), dan Scirpus
moritimus.
b.
Gulma rumput-rumputan
Gulma
dalam kelompok ini berdaun sempit seperti teki-tekian tetapi memiliki stolon, alih-alih umbi. Stolon ini di
dalam tanah membentuk jaringan rumit yang sulit diatasi secara mekanik. Contoh
gulma kelompok ini adalah alang-alang (Imperata cylindrica).
c. Gulma daun
lebar
Berbagai
macam gulma dari anggota Dicotyledoneae termasuk dalam kelompok ini. Gulma ini biasanya tumbuh pada
akhir masa budidaya. Kompetisi terhadap tanaman utama berupa kompetisi cahaya.
Daun dibentuk pada meristem pucuk dan sangat sensitif terhadap kemikalia. Terdapat stomata pada daun terutama pada permukaan
bawah, lebih banyak dijumpai. Terdapat tunas-tunas pada nodusa, serta titik tumbuh terletak di
cabang. Contoh gulma ini ceplukan (Physalis angulata L.), wedusan (Ageratum conyzoides L.), sembung
rambut (Mikania
michranta), dan putri malu (Mimosa pudica)[2].
Sangat banyak defenisi
yang diberikan terhadap tumbuhan pengganggu yang biasa disebut gulma, misalnya
Mueller (1983) mendefenisikan gulma sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan
yang tidak berguna bahkan memberikan kerugian terhadap jenis tanaman budidaya
(peliharaan). Defensi lain dikemukan oleh Beal bahwa gulma is any plant out of
place (tumbuhan yang salah tempat). Banyak jenis gulma yang ditemukan pada
suatu areal, menyebabkan adanya kesulitan dalam mengenal dan menghitung
jumlahnya. Jumlah yang banyak biasanya menyebabkan terganggunya populasi dari
tanaman yang diinginkan. Jika suatu lahan bisa diketahui kelimpahan populasi
gulma, maka pemberantasannya dapat dilakukan secara optimal[3].
Metode
estimasi visual dilakukan oleh orang yang telah Metode estimasi visual
dilakukan oleh orang yang telah dilatih sebelumnya, serta data yang dikumpulkan
adalah data kualitatif. Data kualitatif vegetasi gulma menunjukkan bagaimana
suatu spesies gulma tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periodisitas
(seringnya ditemukan) dan pola komposisi macam spesiesnya[4].
Untuk memperoleh data kualitatif tersebut perlu ditentukan
macam peubah pengamatannya, penetapan luas dan jumlah petak contoh, serta
penyebaran hasil-hasil pengamatannya. sebelumnya, serta data yang dikumpulkan
adalah data kualitatif. Data kualitatif vegetasi gulma menunjukkan bagaimana
suatu spesies gulma tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periodisitas[5].
Guna Guna menentukan pilihan cara pengendalian gulma yang
tepat maka sangat diperlukan cara-cara menganalisis vegetasi gulma terlebih
dahulu. Analisis vegetasi gulma beserta identifikasi sspesies_spesies gulma
dilakukan sebelum tindakan pengendalian dipilih dan diterapkan. Ketidak
tepatan dalam analisis bisa menyebabkan pengendalian gula menjadi tidak efektif
dan efisien, karena memboroskan biaya, waktu dan tenaga[6].
[3]Tim Dosen, Penuntun Praktikum Ekologi Tumbuhan.
(Makassar : Universitas Islam Negeri alauddin. 2009). h. 17.
[4]Rohman, Fatchur dan I
Wayan Sumberartha, Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
2001). H. 209.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat
pelaksanaan praktikum ini adalah :
Hari/
Tanggal : Rabu, 10 Februari 2010
Waktu
:
11.00 – 13.00 WITA
Tempat : Lapangan Kampus II
Universitas Islam Negeri alauddin Makassar Samata, Gowa.
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan dalam
percobaan ini adalah plot berukuran 1m x 1m dan tali rapiah.
2.
Bahan
Adapun bahan
yang digunakan dalam percobaan ini adalah jenis tanaman yang berada dalam plot.
C.
Metode
kerja
Adapun metode kerja dari praktikum ini adalah :
1. Menentukan
area yang akan diestimasi jumlah gulmanya.
2. Menentukan
luas area tersebut, kemudian meletakkan plot secara sistematis yang menyerupai
papan catur dengan ukuran 10 m x 10 m.
3. Melakukan
identifikasi dan perhitungan jumlah gulma
yang terdapat pada setiap plot.
4. Melakukan
rekapitulasi, menghitung frekuensi, densitas, nilai dominansi dan indeks nilai penting.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009. Gulma. http://www.wikipedia.com.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi
Tumbuhan. Bandung. ITB.
Tim
Dosen. Penuntun Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Makassar : Universitas Islam Negeri alauddin. 2009.
0 komentar:
Posting Komentar