BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita
membutuhkn enzim berbagai macam kebutuhan hidup yang berupa protein,
karbohidrat, dan lemak atau lipid, dan waktu memperoleh unsur tersebut, maka
kita memerlukan berbagai macam makanan yang mengandungnya, dan setelah itu
makanan tersebut kita makan, maka dalam tubuh terjadi proses pencernaan, maka
tubuh akan menghasikan unsur yang dibututhkan tersebut[1].
Enzim adalah satu atau beberapa gugus
polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat
proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja
dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan
demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan
energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi[2].
Adapun yang melatar belakangi praktikum
ini adalah pada air ludah terdapat enzim yang bersifat spesifik dan dapat
dipengaruhi oleh temperatur.
B.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin
dicapai pada praktikum ini adalah:
a. Untuk
membuktikan bahwa pada air ludah
terdapat enzim.
b. Untuk
membuktikan bahwa enzim itu spesifik.
c. Untuk
membuktikan bahwa enzim dipengaruhi oleh temperatur
d. Untuk
membuktikan bahwa cara kerja enzim dengan adanya perubahan pada substrat.
[2]Ibid.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Enzim
adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai
katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam
suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul
zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan
terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan
mempermudah terjadinya reaksi. Berdasarkan strukturnya, enzim terdiri atas
komponen yang disebut apoenzim yang berupa protein dan komponen lain yang
disebut gugus prostetik yang berupa nonprotein. Gugus prostetik
dibedakan menjadi koenzim dan
kofaktor. Koenzim berupa gugus organik yang
pada umumnya merupakan vitamin, seperti vitamin B1, B2, NAD+ (Nicotinamide
Adenine Dinucleotide). Kofaktor berupa gugus anorganik yang biasanya
berupa ion-ion logam, seperti Cu2+, Mg2+, dan Fe2+.
Beberapa jenis vitamin seperti kelompok vitamin B merupakan koenzim. Jadi,
enzim yang utuh tersusun atas bagian protein yang aktif yang disebut apoenzim
dan koenzim, yang bersatu dan kemudian disebut holoenzim[1].
Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut Teori
Kunci-Gembok (Lock and Key Theory) dan Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit
Theory). Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan
enzim karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif
(active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan
sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok,
sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks
enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan
kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci gembok, menurut
teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karena
adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga
keduanya merupakan struktur yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut
teori ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel[2].
Enzim mempunyai berbagai fungsi bioligis dalam tubuh
organisme hidup. Enzim berperan dalam transduksi signal dan
regulasi sel, seringkali melalui enzim kinase dan fosfatase. Enzim juga
berperan dalam menghasilkan pergerakan tubuh, dengan miosin menghidrolisis ATP
untuk menghasilkan kontraksi otot. ATPase
lainnya dalam membran sel umumnya adalah pompa ion yang terlibat
dalam transpor aktif. Enzim juga
terlibat dalam fungs-fungsi yang khas, seperti lusiferase yang
menghasilkan cahaya pada kunang-kunang. Virus juga mengandung
enzim yang dapat menyerang sel, misalnya HIV integrase dan transkriptase balik. Enzim
lusiferase pada kunang-kunang memiliki kofaktor lusiferin (kuning-hijau)
yang dapat memancarkan cahaya[3].
Salah satu fungsi penting
enzim adalah pada sistem pencernaan hewan. Enzim seperti amilase dan protease memecah molekul yang besar
(seperti pati dan protein) menjadi molekul yang kecil,
sehingga dapat diserap oleh usus. Molekul pati, sebagai contohnya, terlalu
besar untuk diserap oleh usus, namun enzim akan menghidrolisis rantai pati
menjadi molekul kecil seperti maltosa, yang akan dihidrolisis lebih
jauh menjadi glukosa, sehingga dapat diserap.
Enzim-enzim yang berbeda, mencerna zat-zat makanan yang berbeda pula. Pada hewan
pemamah biak,
mikroorganisme dalam perut hewan tersebut menghasilkan enzim selulase yang dapat mengurai sel dinding selulosa tanaman[4].
Beberapa enzim dapat bekerja
bersama dalam urutan tertentu, dan menghasilan lintasan
metabolisme.
Dalam lintasan metabolisme, satu enzim akan membawa produk enzim lainnya
sebagai substrat. Setelah reaksi katalitik terjadi, produk kemudian dihantarkan
ke enzim lainnya. Kadang-kadang lebih dari satu enzim dapat mengatalisasi
reaksi yang sama secara bersamaan.Enzim menentukan langkah-langkah apa saja
yang terjadi dalam lintasan metabolisme ini. Tanpa enzim, metabolisme tidak
akan berjalan melalui langkah yang teratur ataupun tidak akan berjalan dengan
cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan sel. Dan sebenarnya, lintasan metabolisme
seperti glikolisis tidak akan dapat terjadi
tanpa enzim. Glukosa, contohnya, dapat bereaksi secara langsung dengan ATP, dan
menjadi terfosforliasi pada karbon-karbonnya secara
acak. Tanpa keberadaan enzim, proses ini berjalan dengan sangat lambat. Namun,
jika heksokinase ditambahkan, reaksi ini
tetap berjalan, namun fosforilasi pada karbon 6 akan terjadi dengan sangat
cepat, sedemikiannya produk glukosa-6-fosfat ditemukan sebagai produk
utama. Oleh karena itu, jaringan lintasan metabolisme dalam tiap-tiap sel
bergantung pada kumpulan enzim fungsional yang terdapat dalam sel tersebut[5].
Kebanyakan enzim berukuran
lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya sebagian kecil asam amino enzim
(sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung
terlibat dalam katalisis.[14] Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan mengikat
substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak
aktif. Enzim
juga dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk
katalisis. Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang
sering kali merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang
dikatalisasi. Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas
enzim. Dengan demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik. Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan
rantai asam amino yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino
menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-sifat kimiawi yang khas. Rantai
protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul bersama dan membentuk kompleks
protein.
Kebanyakan enzim dapat mengalami denaturasi (yakni terbuka dari
lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh pemanasan ataupun denaturan kimiawi.
Tergantung pada jenis-jenis enzim, denaturasi dapat bersifat reversibel maupun
ireversibel[6].
Beberapa karakteristik enzim yaitu, setiap sreaksi metabolisme
di dalam sel maupun di luar sel akan berperan enzim-enzim tertentu dan
spesifik. Artinya, enzim bersifat spesifik dalam melaksanakan fungsinya, enzim
dapat digunakan berulang-ulang. Kerja setiap enzim spesifik pada kisaran suhu
tertentu (tidak bekerja pada suhu ekstrim) dan pH tertentu. Maka kerja enzim
dipengaruhi oleh suhu dan pH. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh substratnya.
Penggunaan enzim dalam pengolahaan pati. Pati merupakan
campuran antara amilosa dan amilo pektin adalah juga homopolimer glukosa tetapi
memiliki percabangan. Sekitar sepertiga dari pati yang diproduksi digunakan
dalam industri pangan. Variasi tingkat hidrolisis menghasilkan beragam produk
hidrolisis dengan osmolaritas, viskositas dan daya manis berbeda. Ada tiga
kelompok enzim yang digunakan dalam hidrolisis pati, yaitu : pertama, a amilase
(a – 1,4 glukon – 4 – glukanohidrolase), yaitu kelompok enzim yang
menghidrolisis ikatan a – 1,4 dan tidak memecah ikatan a – 1,6. Kedua,
glukoamilase (amiloglukosidase, a – 1,4 glukanglikohidrolase), menghidolisis ikatan
a – 1,4 dan a – 1,6. Produk utama hidrolisis glukoamilase adalah glukosa.
Ketiga, palalanase enzim ini hanya menhidrolisis ikatan a – 1,6[7].
[1]Jimmo,
“Enzim”, Blog Jimmo. http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:Anatomi (07 April
2010).
[2]Kartolo
S. Wulangi, Prinsip-Prinsip Fisiologi
Hewan (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1986), h. 75.
[4]Mushawwir,
Fisiologi Hewan I (Makassar: UIN
Aluddin, 2007), h. 43.
[6]Ibid
[7]Mushawiwir,
op. cit h 36.
BAB III
METODE KERJA
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan
tempat pelaksanaan praktikum ini adalah:
Hari/Tanggal
: Rabu, 07 April 2010
Pukul :
13.00 – 15.00 Wita
Tempat
: Laboratorium Biologi Gedung B
Lantai III
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata, Gowa.
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah 10 buah tabung reaksi, labu erlenmayer, gelas kimia,
batang pengaduk, bunsen, rak tabung, pipet tetes, kaki tiga, kasa, dan corong.
2. Bahan
Adapun
bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah saliva, larutan NaCl, larutan
NaOH, laruan kanji 1%, 2%, 3%, lugol, aquadest, dan kertas saring.
C.
Cara
Kerja
1. Pengaruh
kerja enzim terhadap pengaruh pH.
a. Meletakkan
pengenceran pada saliva dengan menambahkan aquadest dalam labu Erlenmeyer dan
mengaduk hingga rata.
b. Memasukkan
saliva ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml
c. Pada
tabung 1, 2, 3 digunakan untuk mengatur pH dimana diberikan 3 tetes pada tabung
1 NaOH.
d. Memberikan
tabung reaksi masing-masing larutan kanji 1% dan 3 tetes larutan lugol.
e. Mengamati
perubahan yang terjadi.
2. Pengaruh
kerja enzim terhadap pengaruh suhu
a. Pada
tabung 4, 5, 6 digunakan sebagai pengukur suhu dimana memberikan kondisi dingin
pada tabung 4 dengan cara merendam beberapa menit ke dalam gelas kimia yang
berisi air dingin. Pada tabung 5, memberikan perlakuan dengan cara
memanaskannya di atas Bunsen beberapa menit dan memberikan kondisi tetap (suhu
kamar) pada tabung 6.
b. Memberikan
1 tetes larutan kanji 1% dan 3 tetes larutan lugol pada masing-masing tabung.
c. Mengamati
perubahan yang terjadi.
3. Pengaruh
kerja enzim pada keadaan normal
a. Untuk
tabung 7, 8, 9, digunakan sebagai substrat dimana memberikan larutan kanji 1%
pada tabung 7, 2% pada tabung 8, dan 3% pada tabung 9.
b. Memberikan
masing-masing tabung reaksi 3 tetes larutan lugol.
c. Mengamati
perubahan yang terjadi.
d. Untuk
tabung 10 digunakan sebagai control, dengan menambahkan larutan kanji 1% dan 3
tetes larutan lugol.
e. Mengamati
perubahan yang terjadi.
0 komentar:
Posting Komentar