Senin, 26 Desember 2011

Laporan FisWan (enzim)



BAB I

PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari kita membutuhkn enzim berbagai macam kebutuhan hidup yang berupa protein, karbohidrat, dan lemak atau lipid, dan waktu memperoleh unsur tersebut, maka kita memerlukan berbagai macam makanan yang mengandungnya, dan setelah itu makanan tersebut kita makan, maka dalam tubuh terjadi proses pencernaan, maka tubuh akan menghasikan unsur yang dibututhkan tersebut[1].
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi[2].
Adapun yang melatar belakangi praktikum ini adalah pada air ludah terdapat enzim yang bersifat spesifik dan dapat dipengaruhi oleh temperatur.


B.     Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah:
a.       Untuk membuktikan bahwa pada air  ludah terdapat enzim.
b.      Untuk membuktikan bahwa enzim itu spesifik.
c.       Untuk membuktikan bahwa enzim dipengaruhi oleh temperatur
d.      Untuk membuktikan bahwa cara kerja enzim dengan adanya perubahan pada substrat.


[1]Jimmo, “Enzim”, Blog Jimmo. http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:Anatomi (07 April 2010).

[2]Ibid.  
                                                                                                                                                       

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Berdasarkan strukturnya, enzim terdiri atas komponen yang disebut apoenzim yang berupa protein dan komponen lain yang disebut gugus prostetik yang berupa nonprotein. Gugus prostetik dibedakan menjadi koenzim dan kofaktor. Koenzim berupa gugus organik yang pada umumnya merupakan vitamin, seperti vitamin B1, B2, NAD+ (Nicotinamide Adenine Dinucleotide). Kofaktor berupa gugus anorganik yang biasanya berupa ion-ion logam, seperti Cu2+, Mg2+, dan Fe2+. Beberapa jenis vitamin seperti kelompok vitamin B merupakan koenzim. Jadi, enzim yang utuh tersusun atas bagian protein yang aktif yang disebut apoenzim dan koenzim, yang bersatu dan kemudian disebut holoenzim[1].

Enzim bekerja dengan dua cara, yaitu menurut Teori Kunci-Gembok (Lock and Key Theory) dan Teori Kecocokan Induksi (Induced Fit Theory). Menurut teori kunci-gembok, terjadinya reaksi antara substrat dengan enzim karena adanya kesesuaian bentuk ruang antara substrat dengan situs aktif (active site) dari enzim, sehingga sisi aktif enzim cenderung kaku. Substrat berperan sebagai kunci masuk ke dalam situs aktif, yang berperan sebagai gembok, sehingga terjadi kompleks enzim-substrat. Pada saat ikatan kompleks enzim-substrat terputus, produk hasil reaksi akan dilepas dan enzim akan kembali pada konfigurasi semula. Berbeda dengan teori kunci gembok, menurut teori kecocokan induksi reaksi antara enzim dengan substrat berlangsung karena adanya induksi substrat terhadap situs aktif enzim sedemikian rupa sehingga keduanya merupakan struktur yang komplemen atau saling melengkapi. Menurut teori ini situs aktif tidak bersifat kaku, tetapi lebih fleksibel[2].
Enzim mempunyai berbagai fungsi bioligis dalam tubuh organisme hidup. Enzim berperan dalam transduksi signal dan regulasi sel, seringkali melalui enzim kinase dan fosfatase. Enzim juga berperan dalam menghasilkan pergerakan tubuh, dengan miosin menghidrolisis ATP untuk menghasilkan kontraksi otot. ATPase lainnya dalam membran sel umumnya adalah pompa ion yang terlibat dalam transpor aktif. Enzim juga terlibat dalam fungs-fungsi yang khas, seperti lusiferase yang menghasilkan cahaya pada kunang-kunang. Virus juga mengandung enzim yang dapat menyerang sel, misalnya HIV integrase dan transkriptase balik. Enzim lusiferase pada kunang-kunang memiliki kofaktor lusiferin (kuning-hijau) yang dapat memancarkan cahaya[3].
Salah satu fungsi penting enzim adalah pada sistem pencernaan hewan. Enzim seperti amilase dan protease memecah molekul yang besar (seperti pati dan protein) menjadi molekul yang kecil, sehingga dapat diserap oleh usus. Molekul pati, sebagai contohnya, terlalu besar untuk diserap oleh usus, namun enzim akan menghidrolisis rantai pati menjadi molekul kecil seperti maltosa, yang akan dihidrolisis lebih jauh menjadi glukosa, sehingga dapat diserap. Enzim-enzim yang berbeda, mencerna zat-zat makanan yang berbeda pula. Pada hewan pemamah biak, mikroorganisme dalam perut hewan tersebut menghasilkan enzim selulase yang dapat mengurai sel dinding selulosa tanaman[4].
Beberapa enzim dapat bekerja bersama dalam urutan tertentu, dan menghasilan lintasan metabolisme. Dalam lintasan metabolisme, satu enzim akan membawa produk enzim lainnya sebagai substrat. Setelah reaksi katalitik terjadi, produk kemudian dihantarkan ke enzim lainnya. Kadang-kadang lebih dari satu enzim dapat mengatalisasi reaksi yang sama secara bersamaan.Enzim menentukan langkah-langkah apa saja yang terjadi dalam lintasan metabolisme ini. Tanpa enzim, metabolisme tidak akan berjalan melalui langkah yang teratur ataupun tidak akan berjalan dengan cukup cepat untuk memenuhi kebutuhan sel. Dan sebenarnya, lintasan metabolisme seperti glikolisis tidak akan dapat terjadi tanpa enzim. Glukosa, contohnya, dapat bereaksi secara langsung dengan ATP, dan menjadi terfosforliasi pada karbon-karbonnya secara acak. Tanpa keberadaan enzim, proses ini berjalan dengan sangat lambat. Namun, jika heksokinase ditambahkan, reaksi ini tetap berjalan, namun fosforilasi pada karbon 6 akan terjadi dengan sangat cepat, sedemikiannya produk glukosa-6-fosfat ditemukan sebagai produk utama. Oleh karena itu, jaringan lintasan metabolisme dalam tiap-tiap sel bergantung pada kumpulan enzim fungsional yang terdapat dalam sel tersebut[5].
Kebanyakan enzim berukuran lebih besar daripada substratnya, tetapi hanya sebagian kecil asam amino enzim (sekitar 3–4 asam amino) yang secara langsung terlibat dalam katalisis.[14] Daerah yang mengandung residu katalitik yang akan mengikat substrat dan kemudian menjalani reaksi ini dikenal sebagai tapak aktif. Enzim juga dapat mengandung tapak yang mengikat kofaktor yang diperlukan untuk katalisis. Beberapa enzim juga memiliki tapak ikat untuk molekul kecil, yang sering kali merupakan produk langsung ataupun tak langsung dari reaksi yang dikatalisasi. Pengikatan ini dapat meningkatkan ataupun menurunkan aktivitas enzim. Dengan demikian ia berfungsi sebagai regulasi umpan balik. Sama seperti protein-protein lainnya, enzim merupakan rantai asam amino yang melipat. Tiap-tiap urutan asam amino menghasilkan struktur pelipatan dan sifat-sifat kimiawi yang khas. Rantai protein tunggal kadang-kadang dapat berkumpul bersama dan membentuk kompleks protein. Kebanyakan enzim dapat mengalami denaturasi (yakni terbuka dari lipatannya dan menjadi tidak aktif) oleh pemanasan ataupun denaturan kimiawi. Tergantung pada jenis-jenis enzim, denaturasi dapat bersifat reversibel maupun ireversibel[6].
Beberapa karakteristik enzim yaitu, setiap sreaksi metabolisme di dalam sel maupun di luar sel akan berperan enzim-enzim tertentu dan spesifik. Artinya, enzim bersifat spesifik dalam melaksanakan fungsinya, enzim dapat digunakan berulang-ulang. Kerja setiap enzim spesifik pada kisaran suhu tertentu (tidak bekerja pada suhu ekstrim) dan pH tertentu. Maka kerja enzim dipengaruhi oleh suhu dan pH. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh substratnya. Penggunaan enzim dalam pengolahaan pati. Pati merupakan campuran antara amilosa dan amilo pektin adalah juga homopolimer glukosa tetapi memiliki percabangan. Sekitar sepertiga dari pati yang diproduksi digunakan dalam industri pangan. Variasi tingkat hidrolisis menghasilkan beragam produk hidrolisis dengan osmolaritas, viskositas dan daya manis berbeda. Ada tiga kelompok enzim yang digunakan dalam hidrolisis pati, yaitu : pertama, a amilase (a – 1,4 glukon – 4 – glukanohidrolase), yaitu kelompok enzim yang menghidrolisis ikatan a – 1,4 dan tidak memecah ikatan a – 1,6. Kedua, glukoamilase (amiloglukosidase, a – 1,4 glukanglikohidrolase), menghidolisis ikatan a – 1,4 dan a – 1,6. Produk utama hidrolisis glukoamilase adalah glukosa. Ketiga, palalanase enzim ini hanya menhidrolisis ikatan a – 1,6[7].


[1]Jimmo, “Enzim”, Blog Jimmo. http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:Anatomi (07 April 2010).

[2]Kartolo S. Wulangi, Prinsip-Prinsip Fisiologi Hewan (Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, 1986), h. 75.   
[3]Campbell. Reece. Dan Mitchell, Biologi edisi kelima: jilid 3 (Jakarta: Erlangga, 2004), h. 107.

[4]Mushawwir, Fisiologi Hewan I (Makassar: UIN Aluddin, 2007), h. 43.
[5]Cambell Reece. dan Mitchell, loc. cit.   
[6]Ibid
[7]Mushawiwir, op. cit h 36.
                                                                                                                                                       

BAB  III
METODE KERJA

A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah:
Hari/Tanggal   : Rabu, 07 April 2010
Pukul               : 13.00 – 15.00 Wita
Tempat            : Laboratorium Biologi Gedung B Lantai III
                          Fakultas Sains dan Teknologi
                          Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
                          Samata, Gowa.

B.     Alat dan Bahan
1.      Alat
           Adapun alat yang digunakan pada praktikum ini adalah 10 buah tabung reaksi, labu erlenmayer, gelas kimia, batang pengaduk, bunsen, rak tabung, pipet tetes, kaki tiga, kasa, dan corong.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah saliva, larutan NaCl, larutan NaOH, laruan kanji 1%, 2%, 3%, lugol, aquadest, dan kertas saring.

C.    Cara Kerja
1.      Pengaruh kerja enzim terhadap pengaruh pH.
a.       Meletakkan pengenceran pada saliva dengan menambahkan aquadest dalam labu Erlenmeyer dan mengaduk hingga rata.
b.      Memasukkan saliva ke dalam tabung reaksi sebanyak 1 ml
c.       Pada tabung 1, 2, 3 digunakan untuk mengatur pH dimana diberikan 3 tetes pada tabung 1 NaOH.
d.      Memberikan tabung reaksi masing-masing larutan kanji 1% dan 3 tetes larutan lugol.
e.       Mengamati perubahan yang terjadi.
2.      Pengaruh kerja enzim terhadap pengaruh suhu
a.       Pada tabung 4, 5, 6 digunakan sebagai pengukur suhu dimana memberikan kondisi dingin pada tabung 4 dengan cara merendam beberapa menit ke dalam gelas kimia yang berisi air dingin. Pada tabung 5, memberikan perlakuan dengan cara memanaskannya di atas Bunsen beberapa menit dan memberikan kondisi tetap (suhu kamar) pada tabung 6.
b.      Memberikan 1 tetes larutan kanji 1% dan 3 tetes larutan lugol pada masing-masing tabung.
c.       Mengamati perubahan yang terjadi.


3.      Pengaruh kerja enzim pada keadaan normal
a.       Untuk tabung 7, 8, 9, digunakan sebagai substrat dimana memberikan larutan kanji 1% pada tabung 7, 2% pada tabung 8, dan 3% pada tabung 9.
b.      Memberikan masing-masing tabung reaksi 3 tetes larutan lugol.
c.       Mengamati perubahan yang terjadi.
d.      Untuk tabung 10 digunakan sebagai control, dengan menambahkan larutan kanji 1% dan 3 tetes larutan lugol.
e.       Mengamati perubahan yang terjadi.


                  


0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Mega's Blogg and Powered by Blogger.