BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
pengaruh adaptasi mengakibatkan sifat-sifat
karaktersitik struktural dan fungsional terlihat seolah-olah direkayasa secara
khusus untuk meberikan peluang agar berhasil dalam habitat tertentu.
Sifat-sifat karakteristik merupakan hasil adaptasi terhadap lingkungan.
Adaptasi terhadap lingkungan dapat berlangsung pada berbagai tingkatan
organisasi, misalnya adaptasi dalam tingkah laku dalam bentuk perilaku
sedemikian rupa yang menunjang keberhasilan kemampuan untuk mengeksploitasi
habitat khusus atau tertentu.
Adaptasi anatomik dimana struktur anatomi organisme
terlihat sangat sesuai dengan modus kehidupannya, adaptasi fisiologik yaitu
suatu adaptasi terhadap fungsi-fungsi vital dilakukan sebagai refleksi kondisi
lingkungan yang dihadapi oleh organisme yang bersangkutan dan adaptasi biokimia
atau adaptasi tingkat molekuler. Adaptasi biokimia tidak mudah terlihat karena
melibatkan perubahan molekuler, kecepatan dan pola rangkaian reaksi-reaksi.
Berdasarkan
hal tersebut di atas sehingga praktikum ini dilaksanakan sebagai salah satu
alternatif untuk dapat mengetahui jenis-jenis adaptasi dari tumbuhan, serta
dapat membandingkannya dengan teori yang telah ada.
B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui
adaptasi tanaman secara morfologi dan anatomi tumbuhan pada habitatnya.
2. Membandingkan
berbagai karakter morfologi dan anatomi tumbuhan berdasarkan adaptasinya
terhadap air dalam habitatnya.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Hidroponik berasal dari
hydro (air) dan ponos (kerja), yang berarti pengerjaan air. Beberapa keuntungan
hidroponik antara lain produksi tanaman lebih tinggi, tanaman lebih cepat
tumbuh, dan pemakaian pupuk lebih hemat. Media tanam merupakan salah satu
syarat berlangsungnya kegiatan penanaman yang mempengaruhi hasil tanaman baik
kualitas maupun kuantitas. Bahan media tanam berdasar unsur penyusunnya terdiri
bahan anorganik dan bahan organik. Sistem hidroponik berdasarkan media tanam
yang digunakan, terdiri atas 3 metode, yaitu metode:kultur air, kultur pasir,
dan kultur bahan porous. Kemudian sistem hidroponik ada yang membagi menjadi
sistem hidroponik substrat, pemakaian sistem air dengan modifikasinya yaitu
sistem ebb and flow, column culture, sistem NFT vertikal, dan famili drip
irrigation system. Pada hidroponik secara komersial memerlukan green house atau
rumah plastik. Desain rumah plastik, atap dan dinding rumah terbuat dari
plastik UV. Konstruksi bangunannya terbuat dari kayu atau bambu. Keempat tepi
rumah plastik ditutup dengan net atau screen. Dan pemasangan sprayer di atap
untuk menurunkan suhu jika terlalu tinggi, dapat disebabkan oleh serangga
tanaman[1].
Pembibitan tanaman
sistem hidroponik dapat dilakukan secara generatif yaitu dengan menyemai biji
dan secara vegetatif dengan menyetek bagian tanaman seperti daun, batang maupun
umbi. Pemberian nutrisi yang lengkap sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh dan berkembang. Nutrisi yang dibutuhkan menjadi 2 golongan, yaitu makro
nutrisi dan mikro nutrisi. Kualitas larutan nutrisi sangat menentukan
keberhasilan hidroponik sedangkan kualitas tersebut tergantung pada
konsentrasinya. Kesesuaian larutan nutrisi tanaman dapat diketahui melalui
pengukuran aliran di dalam air, yang disebut dengan Electro Conductivity
(EC)/conductivity Factor (cF). Selain itu dapat menggunakan total dissolved
solids (TDS), yang satuannya dalam bentuk ppm (part per million). Penyiraman
dan pemupukan (fertigasi) pada budidaya sistem hidroponik biasanya dilakukan
secara bersamaan. Teknik fertigasi dapat dilakukan dengan manual atau sistem
irigasi tetes. Selain itu di dalam fertigasi[2].
Pengaruh
adaptasi mengakibatkan sifat-sifat karaktersitik struktural dan fungsional
terlihat seolah-olah direkayasa secara khusus untuk meberikan peluang agar
berhasil dalam habitat tertentu. Sifat-sifat karakteristik merupakan hasil
adaptasi terhadap lingkungan. Adaptasi terhadap lingkungan dapat berlangsung
pada berbagai tingkatan organisasi, misalnya adaptasi dalam tingkah laku dalam
bentuk perilaku sedemikian rupa yang menunjang keberhasilan kemampuan untuk
mengeksploitasi habitat khusus atau tertentu[3].
Adaptasi anatomik
dimana struktur anatomi organisme terlihat sangat sesuai dengan modus
kehidupannya, adaptasi fisiologik yaitu suatu adaptasi terhadap fungsi-fungsi
vital dilakukan sebagai refleksi kondisi lingkungan yang dihadapi oleh
organisme yang bersangkutan dan adaptasi biokimia atau adaptasi tingkat
molekuler. Adaptasi biokimia tidak mudah terlihat karena melibatkan perubahan
molekuler, kecepatan dan pola rangkaian reaksi-reaksi[4].
Media tanam merupakan untuk tumbuhya tanaman, untuk itu maka
media tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sesuai dengan
kebutuhannya, secara umum media tanam tanaman hias dapat dibedakan menjadi
beberapa kreteria yakni: tanaman yang suka kering (xerofit), tanaman yang suka
agak lembab (mesofit) dan tanaman yang suka lembab (hidrofit). Anthurium
termasuk tanaman yang suka media agak lembab. Untuk itu media tanamannya harus
diambil dari bahan-bahan yang mamapu menahan air dengan baik tetapi tidak
terlalu jenuh air[5].
[1]Rohman, Fatchur dan I
Wayan Sumberartha, Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA. 2001).
H. 209.
[3]Anonim.
2009. Adaptasi. http://www.wikipedia.com.
[4]Ibid
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Hidroponik berasal dari
hydro (air) dan ponos (kerja), yang berarti pengerjaan air. Beberapa keuntungan
hidroponik antara lain produksi tanaman lebih tinggi, tanaman lebih cepat
tumbuh, dan pemakaian pupuk lebih hemat. Media tanam merupakan salah satu
syarat berlangsungnya kegiatan penanaman yang mempengaruhi hasil tanaman baik
kualitas maupun kuantitas. Bahan media tanam berdasar unsur penyusunnya terdiri
bahan anorganik dan bahan organik. Sistem hidroponik berdasarkan media tanam
yang digunakan, terdiri atas 3 metode, yaitu metode:kultur air, kultur pasir,
dan kultur bahan porous. Kemudian sistem hidroponik ada yang membagi menjadi
sistem hidroponik substrat, pemakaian sistem air dengan modifikasinya yaitu
sistem ebb and flow, column culture, sistem NFT vertikal, dan famili drip
irrigation system. Pada hidroponik secara komersial memerlukan green house atau
rumah plastik. Desain rumah plastik, atap dan dinding rumah terbuat dari
plastik UV. Konstruksi bangunannya terbuat dari kayu atau bambu. Keempat tepi
rumah plastik ditutup dengan net atau screen. Dan pemasangan sprayer di atap
untuk menurunkan suhu jika terlalu tinggi, dapat disebabkan oleh serangga
tanaman[1].
Pembibitan tanaman
sistem hidroponik dapat dilakukan secara generatif yaitu dengan menyemai biji
dan secara vegetatif dengan menyetek bagian tanaman seperti daun, batang maupun
umbi. Pemberian nutrisi yang lengkap sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk
tumbuh dan berkembang. Nutrisi yang dibutuhkan menjadi 2 golongan, yaitu makro
nutrisi dan mikro nutrisi. Kualitas larutan nutrisi sangat menentukan
keberhasilan hidroponik sedangkan kualitas tersebut tergantung pada
konsentrasinya. Kesesuaian larutan nutrisi tanaman dapat diketahui melalui
pengukuran aliran di dalam air, yang disebut dengan Electro Conductivity
(EC)/conductivity Factor (cF). Selain itu dapat menggunakan total dissolved
solids (TDS), yang satuannya dalam bentuk ppm (part per million). Penyiraman
dan pemupukan (fertigasi) pada budidaya sistem hidroponik biasanya dilakukan
secara bersamaan. Teknik fertigasi dapat dilakukan dengan manual atau sistem
irigasi tetes. Selain itu di dalam fertigasi[2].
Pengaruh
adaptasi mengakibatkan sifat-sifat karaktersitik struktural dan fungsional
terlihat seolah-olah direkayasa secara khusus untuk meberikan peluang agar
berhasil dalam habitat tertentu. Sifat-sifat karakteristik merupakan hasil
adaptasi terhadap lingkungan. Adaptasi terhadap lingkungan dapat berlangsung
pada berbagai tingkatan organisasi, misalnya adaptasi dalam tingkah laku dalam
bentuk perilaku sedemikian rupa yang menunjang keberhasilan kemampuan untuk
mengeksploitasi habitat khusus atau tertentu[3].
Adaptasi anatomik
dimana struktur anatomi organisme terlihat sangat sesuai dengan modus
kehidupannya, adaptasi fisiologik yaitu suatu adaptasi terhadap fungsi-fungsi
vital dilakukan sebagai refleksi kondisi lingkungan yang dihadapi oleh
organisme yang bersangkutan dan adaptasi biokimia atau adaptasi tingkat
molekuler. Adaptasi biokimia tidak mudah terlihat karena melibatkan perubahan
molekuler, kecepatan dan pola rangkaian reaksi-reaksi[4].
Media tanam merupakan untuk tumbuhya tanaman, untuk itu maka
media tanaman harus sesuai dengan kebutuhan tanaman. Sesuai dengan
kebutuhannya, secara umum media tanam tanaman hias dapat dibedakan menjadi
beberapa kreteria yakni: tanaman yang suka kering (xerofit), tanaman yang suka
agak lembab (mesofit) dan tanaman yang suka lembab (hidrofit). Anthurium
termasuk tanaman yang suka media agak lembab. Untuk itu media tanamannya harus
diambil dari bahan-bahan yang mamapu menahan air dengan baik tetapi tidak
terlalu jenuh air[5].
[1]Rohman, Fatchur dan I
Wayan Sumberartha, Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA. 2001).
H. 209.
[2]Ibid.
[3]Anonim.
2009. Adaptasi. http://www.wikipedia.com.
[4]Ibid
[5]Syafei,
Eden Surasana, Pengantar Ekologi
Tumbuhan (Bandung : ITB, 1990). H.
79.
BAB
III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan tempat
pelaksanaan praktikum ini adalah :
Hari/ Tanggal : Rabu, 10 Februari 2010
Waktu : 11.00 – 13.00
WITA
Tempat : Lapangan Kampus
II
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Samata, Gowa.
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Adapun alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah kantong plastik dan mikroskop.
2. Bahan
Adapun bahan yang
digunakan pada praktikum ini adalah spesies tumbuhan hidrofit, mesofit, dan
xerofit.
C.
Cara
Kerja
Adapun
cara kerja dari praktikum ini adalah :
1. Mengamati
habitus beberapa wakil species tumbuhan yang termasuk hidrofit, xerofit dan
hidrofit..
2. Mengamati
struktur morfologinya
3. Mengamati
struktur anatomi dengan menggunakan mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2009. Adaptasi. http://www.wikipedia.com.
Rohman, Fatchur dan I Wayan Sumberartha. 2001. Petunjuk Praktikum
Ekologi Tumbuhan. Malang: JICA.
Syafei, Eden Surasana. 1990. Pengantar Ekologi
Tumbuhan. Bandung. ITB.
Tim
Dosen. Penuntun Praktikum Ekologi
Tumbuhan. Makassar : Universitas Islam Negeri alauddin. 2009.
0 komentar:
Posting Komentar