BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Drosophila melanogaster adalah jenis serangga
bersayap yang masuk ke dalam ordo Diptera, (bangsa lalat). Spesies ini
umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam
pustaka-pustaka biologi eksperimental (walaupun banyak jenis lalat-lalat buah
lainnya) dan merupakan organisme model yang paling banyak digunakan
dalam penelitian genetika, fisiologi, dan evolusi sejarah kehidupan. Drosophila
melanogaster populer karena
sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan
seluruh daur kehidupannya), mudah pemeliharaannya, serta memiliki banyak
variasi fenotipe
yang relatif mudah diamati[1].
Lalat
buah (Drosophila melanogaster) baru
akan kawin setelah berumur 8 jam. Dengan demikian, hewan betina sudah dapat
bertelur keesokan harinya. Seekor Drosophila
melanogaster betina sanggup
menghasilkan sekitar 50-75 butir telur sehari atau sekitar 400-500 telur dalam
10 hari. Telur tersebut berwarna putih susu, berbentuk bulat panjang berukuran
sekitar 0,5 mm[2].
B. Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui siklus
hidup lalat buah (Drosophila melanogaster).
[1]Drosophila
melanogaster, http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:rintisan_berbentuk_serangga (02
Desember 2009).
[2]Wildan
Yatim, 1996. Genetika. Bandung : Penerbit Tarsito. h. 31.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Drosophila melanogaster adalah jenis serangga
bersayap yang masuk ke dalam ordo Diptera, (bangsa lalat). Spesies ini
umumnya dikenal sebagai lalat buah dalam
pustaka-pustaka biologi eksperimental (walaupun banyak jenis lalat-lalat buah
lainnya) dan merupakan organisme model yang paling banyak digunakan
dalam penelitian genetika, fisiologi, dan evolusi sejarah kehidupan. Drosophila
melanogaster populer karena
sangat mudah berbiak (hanya memerlukan waktu dua minggu untuk menyelesaikan
seluruh daur kehidupannya), mudah pemeliharaannya, serta memiliki banyak
variasi fenotipe
yang relatif mudah diamati[1].
Ciri
umum lainnya dari Dhrosophila melanogaster, antara lain :
1.
memiliki mata
majemuk berbentuk bulat agak ellips dan berwarna merah
2. memiliki warna tubuh kuning
kecoklatan dengan cincin berwarna hitam di tubuh bagian belakang
3. berukuran kecil antara 3-5 mm
(jantan dan betina memiliki ukuran yang berbeda)
4. Urat
tepi sayap (costal vein) mempunyai dua bagian yang terinteruptus dekat dengan
tubuhnya.
5. Sungut
(arista) umumnya berbentuk bulu, memiliki 7-12 percabangan.
Drosophila melanogaster merupakan salah satu hewan yang
sering digunakan sebagai model percobaan genetika sejak tahun 1910an. Dhrosophila melanogaster berasal dari
filum Arthropoda, kelas Insekta, dan Ordo Diptera. Spesies ini di Indonesia
dikenal sebagai lalat buah yaitu jenis lalat yang dapat ditemui di sekitar
buah-buahan yang mulai membusuk. Selain itu, Drosophila melanogaster termasuk dalam sub-ordo Cyclophorpha, pengelompokkan lalat yang pada
pupanya terdapat kulit instar 3, dan termasuk dalam seri Acaliptra (imago
menetas dan keluar dari bagian interior pupanya). Jenis Drosophila
melanogaster yang terdapat di Indonesia kira-kira ada 600 jenis dan di
Pulau Jawa terdapat 120 jenis yang berasal dari class Dhrosopilidae. Drosophila melanogaster yang
sering ditemukan di Indonesia dan Asia adalah Drosophila melanogaster ananasae, kikawai, malerkotliana, repleta,
hypocausta, dan
imigran[2].
Lalat Buah (Drosophila melanogaster) mungkin bagi kebanyakan orang merupakan
hewan yang mengganggu dan menjijikan apalagi hewan ini sering kali menjadi
musuh bagi para penjual buah-buahan maupun penjual minuman “jus”. Kehadirannya
akan membuat para pembeli enggan membeli buah atau jus bila tempat menyimpan
buah-buahan ataupun sisa buah yang busuk atau kulit buah yang dibuang di tempat
sampah banyak dikerumuni oleh lalat ini. Namun siapa sangka, lalat buah di tangan
orang biologi terutama bagi orang yang berkecimpung dalam bidang genetika
justru lalat buah menjadi “hewan
primadona”. Lalat ini memegang peranan yang penting dalam beberapa
pengujian genetika, seperti dalam pengujian Hipotesis Mendel[3].
Lalat buah dan Artrophoda lainnya mempunyai kontruksi
modular, suatu seri segmen yang teratur. segmen ini menyusun tiga bagian tubuh
utama, yaitu; kepala, thoraks, dan abdomen. seperti hewan simetris bilateral
lainnya, Drosophila sp. ini mempunyai
poros anterior dan posterior (kepala-ekor) dan poros dorsoventral
(punggung-perut). Pada Drosophila sp,
determinan sitoplasmik yang sudah ada di dalam telur memberi informasi
posisional untuk penempatan kedua poros ini bahkan sebelum fertilisasi. Setelah
fertilisasi, informasi dengan benar dan akhirnya akan memicu struktur yang khas
dari setiap segmen[4].
Metamorfosis pada Drosophila termasuk metamorfosis sempurna,
yaitu dari telur – larva instar I – larva instar II – larva instar III – pupa –
imago. Fase perkembangan dari telur Drosophila melanogaster dapat dilihat lebih
jelas pada gambar di bawah ini.
Perkembangan
dimulai segera setelah terjadi fertilisasi, yang terdiri dari dua periode.
Pertama, periode embrionik di dalam telur pada saat fertilisasi sampai pada
saat larva muda menetas dari telur dan ini terjadi dalam waktu kurang lebih 24
jam. Dan pada saat seperti ini, larva tidak berhenti-berhenti untuk makan. Periode
kedua adalah periode setelah menetas dari telur dan disebut perkembangan
postembrionik yang dibagi menjadi tiga tahap, yaitu larva, pupa, dan imago
(fase seksual dengan perkembangan pada sayap). Formasi lainnya pada
perkembangan secara seksual terjadi pada saat dewasa[5].
Telur
Drosophila berbentuk benda kecil bulat panjang dan biasanya diletakkan di
permukaan makanan. Betina dewasa mulai bertelur pada hari kedua setelah menjadi
lalat dewasa dan meningkat hingga seminggu sampai betina meletakkan 50-75 telur
perhari dan mungkin maksimum 400-500 buah dalam 10 hari. (Silvia, 2003). Telur
Drosophila dilapisi oleh dua lapisan, yaitu satu selaput vitellin tipis yang
mengelilingi sitoplasma dan suatu selaput tipis tapi kuat (Khorion) di bagian
luar dan di anteriornya terdapat dua tangkai.tipis. Korion mempunyai kulit
bagian luar yang keras dari telur tersebut[6].
Larva
Drosophila berwarna putih, bersegmen, berbentuk seperti cacing, dan menggali
dengan mulut berwarna hitam di dekat kepala. Untuk pernafasan pada trakea,
terdapat sepasang spirakel yang keduanya berada pada ujung anterior dan
posterior[7].
Saat
kutikula tidak lunak lagi, larva muda secara periodik berganti kulit untuk
mencapai ukuran dewasa. Kutikula lama dibuang dan integumen baru diperluas
dengan kecepatan makan yang tinggi. Selama periode pergantian kulit, larva
disebut instar. Instar pertama adalah larva sesudah menetas sampai pergantian
kulit pertama. Dan indikasi instar adalah ukuran larva dan jumlah gigi pada
mulut hitamnya. Sesudah pergantian kulit yang kedua, larva (instar ketiga)
makan hingga siap untuk membentuk pupa. Pada tahap terakhir, larva instar
ketiga merayap ke atas permukaan medium makanan ke tempat yang kering dan
berhenti bergerak. Dan jika dapat diringkas, pada Drosophila, destruksi sel-sel
larva terjadi pada prose pergantian kulit (molting) yang berlangsung empat kali
dengan tiga stadia instar : dari larva instar 1 ke instar II, dari larva instar
II ke instar III, dari instar III ke pupa, dan dari pupa ke imago[8].
Selama
makan, larva membuat saluran-saluran di dalam medium, dan jika terdapat banyak
saluran maka pertumbuhan biakan dapat dikatakan berlangsung baik. Larva yang
dewasa biasanya merayap naik pada dinding botol atau pada kertas tissue dalam
botol. Dan disini larva akan melekatkan diri pada tempat kering dengan cairan
seperti lem yang dihasilkan oleh kelenjar ludah dan kemudian membentuk pupa[9].
Saat larva
Drosophila membentuk cangkang pupa, tubuhnya memendek, kutikula menjadi keras
dan berpigmen, tanpa kepala dan sayap disebut larva instar 4. Formasi pupa
ditandai dengan pembentukan kepala, bantalan sayap, dan kaki. Puparium (bentuk
terluar pupa) menggunakan kutikula pada instar ketiga. Pada stadium pupa ini,
larva dalam keadaan tidak aktif, dan dalam keadaan ini, larva berganti menjadi
lalat dewasa[10].
[1]Drosophila
melanogaster, http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:rintisan_berbentuk_serangga
(02 Desember 2009).
[2]Wildan
Yatim, 1996. Genetika. Bandung : Penerbit Tarsito. h. 32.
[3]Drosophila
melanogaster, http://images.ayyaa.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/
R8DTFAoKCokAADVxGd41/Info%20Biologi.doc?nmid=83369496 (02 Desember
2009).
[4]Borror.J.D,Triplehorn, Pengenalan Pengajaran Serangga. 1992. Universitas Gadjah Mada
Press:Yogyakarta. h. 56.
[5]Siklus
hidup, http://id.wordpress.com/ (02 Desember 2009).
[6]Siklus
hidup, http//zarzen.wordpress.com/2008/09/27/hello-word/
(02 Desember 2009).
[7]Ibid.
[8]Ibid.
[9]Ibid.
[10]Ibid.
BAB
III
METODE KERJA
A. Waktu dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat pelaksanaan praktikum kali ini adalah :
Hari /
tanggal : jum’at 20 november 2009
Pukul : 15.00 -16.30 WITA
Tempat : Laboratorium Biologi
Lantai III Gedung B
Fakultas
Sains dan Teknologi
Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
Samata-Gowa.
B.
Alat
dan Bahan
1. Alat
Adapun
alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah botol kultur yang berisi
medium, cawan petri, botol eterasi, kuas kecil, dan bantalan karet.
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum
kali ini adalah lalat buah (Drosophila
melanogaser) jantan dan betina, medium kertas.
C.
Cara
Kerja
Adapun cara kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini
adalah:
1. Menyediakan
botol kultur yang sudah berisi medium.
2.
Meletakkan botol kultur tersebut di tempat yang banyak
terdapat Drosophila melanogaster,
misalnya di tempat sampah atau dekat buah-buahan yang ranum.
3.
Apabila jumlah lalat yang masuk hanya sedikit, gunakan
kantung plastik, yang agak besar dan tempatkan dengan mulut dibawah pada bak
sampah atau buah-buahan ranum yang dihinggapi Drosophila melanogaster, dan ketuklah bak sampah tersebut hingga
lalat bertebaran masuk kedalam kantung plastik, baru pindahkan kedalam botol medium.
Usahakan agar terdapat sekitar 2 pasang Drosophila
melanogaster.
4.
Memberi catatan pada botol tersebut mengenai waktu dan
tempat pengumpulan.
5.
Mengamati perubahan yang terjadi pada medium, dan
catatlah kapan saudara mulai melihat adanya telur, larva, dari instar hingga
terbentuknya imago dengan pengamatan secara periodik sekitar 4-6 jam sekali.
6.
Mencatat apabila dalam biakan terdapat lebih dari satu
spesies Drosophila melanogaster.
7.
Membandigkan
hasilnya dengan siklus hidup Drosphila
melanogaster.
DAFTAR PUSTAKA
Drosophila melanogaster, http://id.wikipedia.org/wiki/kategori:rintisan_ berbentuk_ serangga (02
Desember 2009).
Drosophila melanogaster, http://images.ayyaa.multiply.multiplycontent.com/attach-
ment/0/R8DTFAoKCokAADVxGd41/Info%20Biologi.doc?nmid=83369496 (02
Desember 2009).
Siklus hidup, http//zarzen.wordpress.com/2008/09/27/hello-word/
(02 Desember 2009).
Triana Silvia, Pengaruh Pemberian Berbagai Konsenterasi
Formaldehida Terhadap Perkembangan Larva Drosophila. 2003, Bandung: Jurusan
Biologi. Universitas Padjadjaran.
Triplehorn Borror.J.D, 1992. Pengenalan Pengajaran Serangga. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta.
Yatim
Wildan, 1996. Genetika. Bandung : Penerbit Tarsito.
0 komentar:
Posting Komentar