BAB I
PENDAHULUAN
A.
Pendahuluan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau
substansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini
dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat.
Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan
koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau
subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan
pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri[1].
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi
yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan
tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi
oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang
memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan
gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya[2].
Aktifitas mikroorganisme umumnya sangat dipengaruhi oleh
keadaan lingkungan, antara lain faktor fisik, misalnya suhu, pH, tekanan
osmosis, kandungan oksigen, dan lain-lain. Faktor kimia, misalnya logam-logam
beracun dan zat toksin. Faktor biologis, misalnya antibiotik, interaksi dengan
mikroorganisme lainnya[3].
B.
Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini
adalah untuk dapat mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan
mikroorgannisme.
[1]Pertumbuhan
Bakteri dan Suhu « I q b a l A l i . c o m.htm, http://iqbalali.com
/2008/04/21/pertumbuhan_bakteri_dan_suhu/track_back/ (11 Desember 2009).
[2]Ibid.
[3]Hafsah,
Mikrobiologi Umum (Makassar: UIN
Alauddin, 2009), h. 33.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pertumbuhan
mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang
berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan
fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum
pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan
zat kimia toksik, panas atau radiasi[1].
Semua mahluk hidup membutuhkan
nutrien untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Nutrien merupakan bahan baku yang
digunakan untuk membangun komponen-komponen seluler baru dan untuk menghasilkan
energi yang dibutuhkan dalam proses-proses kehidupan sel. Nutrisi merupakan
indikasi dari kompleksitas fisiologis mikroba. Umumnya diketahui nutrien
dibutuhkan oleh mikroba secara langsung mencerminkan kemampuan fisiologisnya.
Sebagai contoh beberapa anggota genus lactobacillus
membutuhkan sejumlah asam amino, vitamin B dan nutrien-nutrien lainnya
untuk pertumbuhannya. Sebaiknya mikroba autotrof hanya memerlukan cahaya dan
karbondioksida dan gas nitrogen untuk tumbuh[2].
Dalam
pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta
kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebutt, termasuk
juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan
peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula
terhadap kurva pertumbuhannya[3].
Kebutuhan
mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu:
kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat
mencakup suhu, pH dan tekanan osmotik. Sedangkan kebutuhan kemis meliputi air,
sumber karbon, nitrogen oksigen, mineral-mineral dan faktor penumbuh[4].
Beberapa faktor
abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain: suhu,
kelembapan, cahaya, pH, AW dan nutrisi. Apabila faktor-faktor abiotik tersebut
memenuhi syarat, sehingga optimum untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat
tumbuh dan berkembang biak[5].
Bakteri merupakan
organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai
kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara
yang beku kita masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki
batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri
berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungannya:
1. Mikroorganisme psikrofil yaitu
mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin, dapat tumbuh paling baik
pada suhu optimum dibawah 20oC.
2. Mikroorganisme mesofil, yaitu
mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu yang sedang,
mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai 50oC
3. Mikroorganisme termofil, yaitu
mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu yang tinggi,
mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri
jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata
air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone
park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-94oC[6].
Dalam menentukan
jumlah sel yang hidup dapat dilakukan penghitungan langsung sel secara
mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode: pelat sebar, pelat tuang dan
most-probable number (MPN). Sedang untuk menentukan jumlah total sel dapat
menggunakan alat yang khusus yaitu bejana Petrof-Hausser atau hemositometer.
Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan dengan metode turbidimetri yang
menentukan: Volume sel mampat, berat sel, besarnya sel atau koloni, dan satu
atau lebih produk metabolit. Penentuan kuantitatif metabolit ini dapat
dilakukan dengan metode Kjeldahl[7].
Kondisi lingkungan yang
mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor
lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya[8].
Pada umumnya
bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan
kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti,
misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan[9].
Cahaya sangat
berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak
berklorofil. Sinar ultraviolet dapat
menyebabkan terjadinya ionisasi
komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian.
Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau
pengawetan bahan makanan.
Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan
atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium
yang anaerob dapat
mempertahankan diri dengan spora.
Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk
oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena
itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan
dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora
dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah
sel bakteri atau pada salah satu ujungnya[10].
Dalam
pertumbuhannya bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suhu tersebut
pertumbuhan bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu
mikroorganisme, maka dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya dekat puncak
range suhu. Di atas suhu ini kecepatan tumbuh mikroorganisme akan berkurang.
diperlukan suatu metode. Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan
adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni
pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel atau jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan
dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung.
[1]Pertumbuhan
Bakteri dan Suhu « I q b a l A l i . c o m.htm, http://iqbalali.com
/2008/04/21/pertumbuhan_bakteri_dan_suhu/track_back/
(11 Desember 2009).
[2]Hafsah,
Mikrobiologi Umum (Makassar: UIN
Alauddin, 2009), h. 70.
[3]Noviar Darkuni. Mikrobiologi
(Malang: JICA, 2001), h. 127.
[5]Utami Sri Haastuti. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi (Malang: Universitas Negeri Malang,
2008), h. 98.
[7]Ibid.
[8]Rizki, “Pertumbuhan Bakteri,” Blog Rizki. http://pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).
[9]Filzahazny. “Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog Filzahazny. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).
[10]Alfianzyah. “Faktor-Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog Alfianzyah. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).
BAB III
METODE KERJA
A. Waktu
dan tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah
:
Hari /
tanggal : kamis / 10 desember
2009
Pukul : 15.00 – 17.00 wita
Tempat : Laboratorium Biologi
Lantai III Gedung B
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri
Alauddin Makassar
Samata, Gowa.
B. Alat
dan bahan
1. Alat
Adapun alat yang
digunakan untuk praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung reaksi, rak tabung,
inkubator, ose, bunsen, spoit dan mistar.
2. Bahan
Adapun bahan yang
digunakan untuk praktikum ini adalah biakan E. coli, Staphylococcus
aureus, medium NB dan medium NA, detergent, tetra siklik, uang logam, paper
disc dan alkohol.
C. Cara
kerja
1. Pengaruh
faktor suhu
a. Melakukan
inokalasi pada biakan E.coli kedalam 3 tabung medium NB masing-masing 0,5 ml (2
ose).
b. Melakukan
hal yang sama untuk biakan Staphylococcus aureus ke dalam tiga tabung
medium.
c. Membiarkan
3 buah tabung tidak diinokulasi dan menggunakannya sebagai kontrol.
d. Mengikubasi
pada suhu 5oC, 30oC dan 50oC selama 24 - 48
jam. Mengamati pertumbuhan yang terjadi dan mencacat hasilnya.
2. Pengaruh
faktor pH
a. Menginokulasi
biakan E. coli ke dalam 3 tabung medium NB masing-masing 0,5 ml.
b. Membiarkan
hal yang sama untuk biakan Staphylococcus aureus.
c. Membiarkan
3 buah tabung tidak diinokulasi dan menggunakan sebagai kontrol.
3. Pengaruh
faktor senyawa beracun
a. Membuat
biakan dengan metode cawan tuang dalam 2 cawan petri masing-masing dengan
biakan E. coli dan Staphylococcus aureus.
b. Meletakkan
secara aseptis 4 paper disk yang telah dijenuhkan dalam larutan alcohol 70%,
HgCl2 0,1%, antibiotic 1 % dan air suling steril di atas medium
agar.
DAFTAR PUSTAKA
Alfianzyah. “Faktor-Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog Alfianzyah. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).
Filzahazny. “Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog Filzahazny. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).
Hafsah. Mikrobiologi Umum. Makassar: UIN
Alauddin, 2009.
Jeneng Tarigan. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia, 1988.
Noviar Darkuni. Mikrobiologi. Malang:
JICA, 2001.
Pertumbuhan Bakteri dan Suhu « I q b a l A l i . c o
m.htm, http://iqbalali.com
/2008/04/21/pertumbuhan_bakteri_dan_suhu/track_back/ (11 Desember 2009).
Rizki, “Pertumbuhan Bakteri,” Blog
Rizki. http://pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).
Utami Sri Haastuti. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang:
Universitas Negeri Malang, 2008.
0 komentar:
Posting Komentar