Senin, 26 Desember 2011

LAPORAN\LAPORAN MIKROBIOLOGI (Pengaruh Faktor Lingkungan Terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme)



BAB I
PENDAHULUAN

A.      Pendahuluan
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran atau substansi atau masa zat suatu organisme, misalnya kita makhluk makro ini dikatakan tumbuh ketika bertambah tinggi, bertambah besar atau bertambah berat. Pada organisme bersel satu pertumbuhan lebih diartikan sebagai pertumbuhan koloni, yaitu pertambahan jumlah koloni, ukuran koloni yang semakin besar atau subtansi atau massa mikroba dalam koloni tersebut semakin banyak, pertumbuhan pada mikroba diartikan sebagai pertambahan jumlah sel mikroba itu sendiri[1].
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebut, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya[2].
Aktifitas mikroorganisme umumnya sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, antara lain faktor fisik, misalnya suhu, pH, tekanan osmosis, kandungan oksigen, dan lain-lain. Faktor kimia, misalnya logam-logam beracun dan zat toksin. Faktor biologis, misalnya antibiotik, interaksi dengan mikroorganisme lainnya[3].

B.       Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada praktikum kali ini adalah untuk dapat mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap pertumbuhan mikroorgannisme.


[1]Pertumbuhan Bakteri dan Suhu « I q b a l A l i . c o m.htm, http://iqbalali.com /2008/04/21/pertumbuhan_bakteri_dan_suhu/track_back/ (11 Desember 2009).

[2]Ibid.  
[3]Hafsah, Mikrobiologi Umum (Makassar: UIN Alauddin, 2009), h. 33. 
                                                                                                                                                       

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan mikroba dalam suatu medium mengalami fase-fase yang berbeda, yang berturut-turut disebut dengan fase lag, fase eksponensial, fase stasioner dan fase kematian. Pada fase kematian eksponensial tidak diamati pada kondisi umum pertumbuhan kultur bakteri, kecuali bila kematian dipercepat dengan penambahan zat kimia toksik, panas atau radiasi[1].
Semua mahluk hidup membutuhkan nutrien untuk pertumbuhan dan reproduksinya. Nutrien merupakan bahan baku yang digunakan untuk membangun komponen-komponen seluler baru dan untuk menghasilkan energi yang dibutuhkan dalam proses-proses kehidupan sel. Nutrisi merupakan indikasi dari kompleksitas fisiologis mikroba. Umumnya diketahui nutrien dibutuhkan oleh mikroba secara langsung mencerminkan kemampuan fisiologisnya. Sebagai contoh beberapa anggota genus lactobacillus membutuhkan sejumlah asam amino, vitamin B dan nutrien-nutrien lainnya untuk pertumbuhannya. Sebaiknya mikroba autotrof hanya memerlukan cahaya dan karbondioksida dan gas nitrogen untuk tumbuh[2].
Dalam pertumbuhannya setiap makhluk hidup membutuhkan nutrisi yang mencukupi serta kondisi lingkungan yang mendukung demi proses pertumbuhan tersebutt, termasuk juga bakteri. Pertumbuhan bakteri pada umumnya akan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Pengaruh faktor ini akan memberikan gambaran yang memperlihatkan peningkatan jumlah sel yang berbeda dan pada akhirnya memberikan gambaran pula terhadap kurva pertumbuhannya[3].
Kebutuhan mikroorganisme untuk pertumbuhan dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu: kebutuhan fisik dan kebutuhan kimiawi atau kemis. Aspek-aspek fisik dapat mencakup suhu, pH dan tekanan osmotik. Sedangkan kebutuhan kemis meliputi air, sumber karbon, nitrogen oksigen, mineral-mineral dan faktor penumbuh[4].
Beberapa faktor abiotik yang dapat mempengaruhi pertumbuhan bakteri, antara lain: suhu, kelembapan, cahaya, pH, AW dan nutrisi. Apabila faktor-faktor abiotik tersebut memenuhi syarat, sehingga optimum untuk pertumbuhan bakteri, maka bakteri dapat tumbuh dan berkembang biak[5].
Bakteri merupakan organisme kosmopolit yang dapat kita jumpai di berbagai tempat dengan berbagai kondisi di alam ini. Mulai dari padang pasir yang panas, sampai kutub utara yang beku kita masih dapat menjumpai bakteri. Namun bakteri juga memiliki batasan suhu tertentu dia bisa tetap bertahan hidup, ada tiga jenis bakteri berdasarkan tingkat toleransinya terhadap suhu lingkungannya:
1.    Mikroorganisme psikrofil yaitu mikroorganisme yang suka hidup pada suhu yang dingin, dapat tumbuh paling baik pada suhu optimum dibawah 20oC.
2.    Mikroorganisme mesofil, yaitu mikroorganisme yang dapat hidup secara maksimal pada suhu yang sedang, mempunyai suhu optimum di antara 20oC sampai 50oC
3.    Mikroorganisme termofil, yaitu mikroorganisme yang tumbuh optimal atau suka pada suhu yang tinggi, mikroorganisme ini sering tumbuh pada suhu diatas 40oC, bakteri jenis ini dapat hidup di tempat-tempat yang panas bahkan di sumber-sumber mata air panas bakteri tipe ini dapat ditemukan, pada tahun 1967 di yellow stone park ditemukan bakteri yang hidup dalam sumber air panas bersuhu 93-94oC[6].
Dalam menentukan jumlah sel yang hidup dapat dilakukan penghitungan langsung sel secara mikroskopik, melalui 3 jenis metode yaitu metode: pelat sebar, pelat tuang dan most-probable number (MPN). Sedang untuk menentukan jumlah total sel dapat menggunakan alat yang khusus yaitu bejana Petrof-Hausser atau hemositometer. Penentuan jumlah total sel juga dapat dilakukan dengan metode turbidimetri yang menentukan: Volume sel mampat, berat sel, besarnya sel atau koloni, dan satu atau lebih produk metabolit. Penentuan kuantitatif metabolit ini dapat dilakukan dengan metode Kjeldahl[7].
Kondisi lingkungan yang mendukung dapat memacu pertumbuhan dan reproduksi bakteri. Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi bakteri adalah suhu, kelembapan, dan cahaya[8].
Pada umumnya bakteri memerlukan kelembapan yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Pengurangan kadar air dari protoplasma menyebabkan kegiatan metabolisme terhenti, misalnya pada proses pembekuan dan pengeringan[9].
Cahaya sangat berpengaruh pada proses pertumbuhan bakteri. Umumnya cahaya merusak sel mikroorganisme yang tidak berklorofil. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel yang berakibat menghambat pertumbuhan atau menyebabkan kematian. Pengaruh cahaya terhadap bakteri dapat digunakan sebagai dasar sterilisasi atau pengawetan bahan makanan. Jika keadaan lingkungan tidak menguntungkan seperti suhu tinggi, kekeringan atau zat-zat kimia tertentu, beberapa spesies dari Bacillus yang aerob dan beberapa spesies dari Clostridium yang anaerob dapat mempertahankan diri dengan spora. Spora tersebut dibentuk dalam sel yang disebut endospora. Endospora dibentuk oleh penggumpalan protoplasma yang sedikit sekali mengandung air. Oleh karena itu endospora lebih tahan terhadap keadaan lingkungan yang tidak menguntungkan dibandingkan dengan bakteri aktif. Apabila keadaan lingkungan membaik kembali, endospora dapat tumbuh menjadi satu sel bakteri biasa. Letak endospora di tengah-tengah sel bakteri atau pada salah satu ujungnya[10].



















Dalam pertumbuhannya bakteri memiliki suhu optimum dimana pada suhu tersebut pertumbuhan bakteri menjadi maksimal. Dengan membuat grafik pertumbuhan suatu mikroorganisme, maka dapat dilihat bahwa suhu optimum biasanya dekat puncak range suhu. Di atas suhu ini kecepatan tumbuh mikroorganisme akan berkurang. diperlukan suatu metode. Metode pengukuran pertumbuhan yang sering digunakan adalah dengan menentukan jumlah sel yang hidup dengan jalan menghitung koloni pada pelat agar dan menentukan jumlah total sel atau jumlah massa sel. Selain itu dapat dilakukan dengan cara metode langsung dan metode tidak langsung.



[1]Pertumbuhan Bakteri dan Suhu « I q b a l A l i . c o m.htm, http://iqbalali.com /2008/04/21/pertumbuhan_bakteri_dan_suhu/track_back/ (11 Desember 2009).

[2]Hafsah, Mikrobiologi Umum (Makassar: UIN Alauddin, 2009), h. 70.
[3]Noviar Darkuni. Mikrobiologi (Malang: JICA, 2001), h. 127.

[4]Jeneng Tarigan. Pengantar Mikrobiologi ( Jakarta: Universitas Indonesia, 1988), h. 175.

[5]Utami Sri Haastuti. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi (Malang: Universitas Negeri Malang, 2008), h. 98.
[6]Ibid. h. 99.


[7]Ibid.

[8]Rizki, “Pertumbuhan Bakteri,” Blog Rizki. http://pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).

[9]Filzahazny. “Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog Filzahazny. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).

[10]Alfianzyah. “Faktor-Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog Alfianzyah. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).
                                                                                                                                                          

BAB III
METODE KERJA

A.    Waktu dan tempat
Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah :
Hari / tanggal              : kamis / 10 desember 2009
Pukul                           : 15.00 – 17.00 wita
Tempat                        : Laboratorium Biologi Lantai III Gedung B
Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Alauddin  Makassar
Samata, Gowa.

B.     Alat dan bahan
1.      Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum kali ini adalah cawan petri, tabung reaksi, rak tabung, inkubator, ose, bunsen, spoit dan mistar.
2.      Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum ini adalah biakan E. coli, Staphylococcus aureus, medium NB dan medium NA, detergent, tetra siklik, uang logam, paper disc dan alkohol.

C.    Cara kerja
1.      Pengaruh faktor suhu
a.       Melakukan inokalasi pada biakan E.coli kedalam 3 tabung medium NB masing-masing 0,5 ml (2 ose).
b.      Melakukan hal yang sama untuk biakan Staphylococcus aureus ke dalam tiga tabung medium.
c.       Membiarkan 3 buah tabung tidak diinokulasi dan menggunakannya sebagai kontrol.
d.      Mengikubasi pada suhu 5oC, 30oC dan 50oC selama 24 - 48 jam. Mengamati pertumbuhan yang terjadi dan mencacat hasilnya.
2.      Pengaruh faktor pH
a.       Menginokulasi biakan E. coli ke dalam 3 tabung medium NB masing-masing 0,5 ml.
b.      Membiarkan hal yang sama untuk biakan Staphylococcus aureus.
c.       Membiarkan 3 buah tabung tidak diinokulasi dan menggunakan sebagai kontrol.
3.      Pengaruh faktor senyawa beracun
a.       Membuat biakan dengan metode cawan tuang dalam 2 cawan petri masing-masing dengan biakan E. coli dan Staphylococcus aureus.
b.      Meletakkan secara aseptis 4 paper disk yang telah dijenuhkan dalam larutan alcohol 70%, HgCl2 0,1%, antibiotic 1 % dan air suling steril di atas medium agar.
                                                                                                                                                 

DAFTAR PUSTAKA

Alfianzyah. “Faktor-Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog Alfianzyah. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).

Filzahazny. “Faktor Pertumbuhan Bakteri,” Blog Filzahazny. http://faktor-pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).

Hafsah. Mikrobiologi Umum. Makassar: UIN Alauddin, 2009.

Jeneng Tarigan. Pengantar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Indonesia, 1988.

Noviar Darkuni. Mikrobiologi. Malang: JICA, 2001.

Pertumbuhan Bakteri dan Suhu « I q b a l A l i . c o m.htm, http://iqbalali.com /2008/04/21/pertumbuhan_bakteri_dan_suhu/track_back/ (11 Desember 2009).

Rizki, “Pertumbuhan Bakteri,” Blog Rizki. http://pertumbuhan-bakteri.blogspot.com (13 Desember 2009).

Utami Sri Haastuti. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Malang: Universitas Negeri Malang, 2008.





0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Mega's Blogg and Powered by Blogger.