Rabu, 28 Desember 2011

Identifikasi Jenis-Jenis Poaceae di Area Kampus 2 UIN Alauddin Makassar



BAB I
PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Tumbuh-tumbuhan merupakan ciptaan Allah SWT yang diturunkan ke bumi dengan berbagai jenis, sebagaimana Allah  SWT berfirman dalam Q.S. Thaahaa/20: 53, yang berbunyi:
Ï%©!$# Ÿ@yèy_ ãNä3s9 uÚöF{$# #YôgtB y7n=yur öNä3s9 $pkŽÏù Wxç7ß tAtRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oYô_t÷zr'sù ÿ¾ÏmÎ/ %[`ºurør& `ÏiB ;N$t7¯R 4Ó®Lx© ÇÎÌÈ@yèy_
Terjemahnya: “Yang telah menjadikan bagimu bumi sebagai hamparan dan Yang telah menjadikan bagimu di bumi itu jalan-jalan, dan menurunkan dari langit air hujan. Maka Kami tumbuhkan dengan air hujan itu berjenis-jenis dari tumbuh-tumbuhan yang bermacam-macam”.[1]

Selain ayat Al-Qur’an diatas, dapat pula dilihat firman Allah SWT dalam Q.S. Qaaf/50: 7 yaitu,
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ŠytB $uZøŠs)ø9r&ur $pkŽÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. £l÷ry 8kŠÎgt/ ÇÐÈ
Terjemahnya : “Dan kami hamparkan bumi itu dan kami letakkan padanya gunung-gunung yang kokoh dan kami tumbuhkan padanya segala macam tanaman yang indah dipandang mata”.[2]
Allah berfirman tentang kelimpahan dan hakikat penciptaan tumbuhan di bumi ini dalam firman Allah SWT dalam Q.S Al-Hijr/15 ayat 19-20 :
uÚöF{$#ur $yg»tR÷ŠytB $uZøŠs)ø9r&ur $ygŠÏù zÓźuru $uZ÷Fu;/Rr&ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. &äóÓx« 5brãöq¨B ÇÊÒÈ  $uZù=yèy_ur ö/ä3s9 $pkŽÏù |·ÍŠ»yètB `tBur ÷Läêó¡©9 ¼çms9 tûüÏ%κtÎ/ ÇËÉÈ   
Terjemahnya : Dan Kami telah menghamparkan bumi dan menjadikan padanya gunung-gunung dan Kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran. Dan Kami telah menjadikan untukmu di bumi keperluan-keperluan hidup, dan (kami menciptakan pula) makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan pemberi rezki kepadanya”.[3]
Dari kandungan beberapa ayat di atas yaitu, Allah SWT telah menjadikan bumi ini sebagai hamparan untuk menumbuhkan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan, salah satunya tumbuhan rumput-rumputan.  Poaceae merupakan salah satu suku dari bangsa Poales yang merupakan anggota kelas Liliopsida. Suku rumput-rumputan atau Poaceae merupakan salah satu suku tumbuhan berbunga terpenting, baik dari segi botani maupun pertanian. Poaceae sering dianggap paling penting dari semua keluarga tanaman untuk ekonomi manusia termasuk di dalamnya bahan pokok makanan biji-bijian dan serealia. Kebudayaan manusia sangat tergantung pada ketersediaan sejumlah bahan pangan.[4]
Anggota suku ini adalah yang paling tinggi populasinya di dunia karena banyak tanaman budidaya yang menjadi anggotanya dan ditanam luas sebagai bahan pangan utama dan sebagai media penghijauan alam, yang berfungsi untuk mengurangi polutan serta menjaga keseimbangan alam. Selain itu rumput dapat mendukung terwujudnya suatu hamparan hijau disuatu wilayah yang dapat membantu memperbaiki dan menjaga iklim mikro, meningkatkan nilai estetika dan menyuplai daerah resapan air serta menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik.[5]
Universitas Islam Negeri Alauddin (UIN) kampus 2 merupakan daerah yang memiliki iklim tropis dengan curah hujan cukup untuk membentuk suatu padang rumput, sehingga tumbuhan rumput-rumputan mampu membentuk suatu populasi. Dengan banyaknya populasi rumput-rumputan di area kampus 2 UIN Alauddin, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul identifikasi jenis-jenis Poaceae di area kampus 2 UIN Alauddin.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan masalah yaitu jenis-jenis Poaceae apa saja yang ada  di area kampus 2 UIN Alauddin?

C.     Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis Poaceae yang ada di area kampus 2 UIN Alauddin.

D.    Manfaat
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah memberikan informasi kepada mahasiswa, peneliti, dan masyarakat tentang jenis-jenis Poaceae yang ada di area kampus 2 UIN Alauddin.


[1]Departemen Agama RI,  Alqur’an dan Terjemahannya  (Surabaya: CV. Karya Utama, 2007), h. 436.

[2]Ibid., h. 436.

[3]Ibid., h. 544.

[4]Setijati Sastrapradja, Jenis Rumput Dataran Rendah (Bogor: Lembaga Biologi Nasional, 1980), h. 7.

 

[5]Juli Soemitra Slamet, Keseimbangan Lingkungan (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1994), h. 20.
                                                                                                                                                       


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


A.     Tinjauan umum tentang identifikasi
Identifikasi adalah sebuah kegiatan yang bertujuan untuk memeriksa dan menganalisa secara lebih mendalam akan sebuah hal atau benda. Dalam pembahasan ini identifikasi lebih mengarah ke tumbuhan. Pengetahuan tentang identifikasi, penamaan, dan penggolongan saja (taksonomi klasik) belum dapat menjawab atau menerangkan mengapa tumbuhan beranekaragam, bagaimana asal-usul tumbuhan itu dan bagaimana hubungan kekerabatan satu sama lain. Untuk menjawab permasalahan-permasalahan ini perlu dilakukan kegiatan pengkajian keanekaragaman dan hubungan kekerabatan atau yang lebih dikenal sebagai Biosistematika (taksonomi percobaan).[1]
Identifikasi atau sering disebut determinasi, adalah kegiatan untuk menentukan apakah suatu tumbuhan dianggap identik dengan kelompok tumbuhan yang sebelumnya telah diklasifikasikan dan diberi nama. Jika suatu tumbuhan akan diidentifikasi, maka hal pertama yang harus dilakukan adalah mempelajari tumbuhan itu sebaik-baiknya. Semua sifat morfologi (seperti posisi, bentuk, ukuran, dan jumlah bagian-bagian daun, bunga dan buah) perlu dianalisis sehingga ciri-ciri tumbuhan yang akan diidentifikasi itu dikuasai sepenuhnya.[2]
Langkah berikutnya adalah mencoba membandingkan atau menyamakan ciri-ciri tumbuhan tadi dengan ciri-ciri tumbuhan lainnya yang sudah dikenal identitasnya, dengan memakai salah satu cara seperti:[3]
1.      Ingatan
Tumbuhan yang dihadapi mungkin sudah dikenal secara langsung, sebab identitas jenis tumbuhan yang sama sudah diketahui sebelumnya. Pengetahuan akan identitas ini mungkin didapatkan di kelas waktu mengadakan praktikum, pernah mempelajarinya, pernah diberitahu orang lain, atau pernah melihat gambarnya, dan lain-lain. Jadi pengidentifikasian ini dilakukan berdasarkan pengalaman atau ingatan seseorang.
2.      Bantuan orang lain
Pengidentifikasian tumbuh-tumbuhan dapat dilaksanakan dengan meminta bantuan ahli-ahli botani yang biasanya bekerja di pustaka-pustaka penelitian botani sistematika, atau siapa saja yang bisa memberikan bantuan.
3.      Specimen acuan
Pengidentifikasian suatu jenis tumbuhan dapat pula dilakukan dengan membandingkan secara langsung dengan spesimen acuan yang biasanya diberi label bertuliskan nama. Spesimen tadi dapat berupa tumbuhan hidup, misalnya koleksi tumbuhan yang ditanam dikebun raya atau kebun percobaan tapi lebih sering menggunakan koleksi kering atau herbarium.
4.      Pustaka
Cara lain mengadakan pengidentifikasian adalah dengan membandingkan atau menyamakan ciri-ciri tumbuhan yang akan diidentifikasi dengan pertelaan-pertelaan serta gambar-gambar yang ada dalam pustaka. 
5.      Kunci identifikasi
Penggunaan kunci identifikasi atau determinasi merupakan jalan yang paling sering dipakai dalam pendeterminasian tumbuh-tumbuhan, terutama mereka yang tidak punya spesimen acuan yang cukup. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.

B.     Tinjauan Umum Tentang Suku Poaceae
Bangsa Poales hanya terdiri atas satu suku, yaitu Poacecae atau Gramineae  yang warganya berupa terna anual atau perennial, kadang-kadang berupa semak atau pohon yang tinggi. Batang yang posisi bermacam-macam ada yang tegak  lurus, ada yang serong ke atas, ada yang berbaring atau merayap, kadang-kadang dengan rimpang di dalam tanah. Bentuk batang kebanyakan seperti silinder panjang, jelas berbuku-buku dan beruas-ruas, ruas-ruas rongga, bersekat pada buku-bukunya. Daun kebanyakan bangun pita, panjang, bertulang sejajar, tersusun sebagai roset akar atau berselin dalam dua baris pada batang, umumnya terdiri atas helaian, upih, dan lidah-lidah, jarang antara helaian dan upih terdapat tangkai.[4]
Rumput tergolong dalam suku Poaceae yaitu  tanaman monokotiledon (bijinya terdiri atas satu kotile don atau disebut juga berkeping satu). Struktur rumput relatif sederhana, terdiri dari akar yang bagian atasnya silindris dan langsung berhubungan dengan batang. Batangnya berbuku, helai daunnya keluar dari pelepah daun (sheath) pada buku batang. Malai rumput terdiri atas beberapa bunga yang nantinya menghasilkan biji. Hampir semua rumput adalah tanaman herba (tidak berkayu) sedangkan ukuran, bentuk dan pola tumbuhnya sangat beragam.[5]
Daun tunggal, dua baris, kadang-kadang seolah-olah berbaris banyak, pelepah daun berkembang sangat baik, pada batas pelepah dan helaian  daun kerap kali terdapat lidah, helaian daun duduk, hampir selalu berbentuk lanset atau garis, kedua sisi dari ibu tulang daun dengan beberapa tulang daun yang sejajar. Bunga tersusun dalam bulir, yang terdiri dari dua glumae atau daun yang serupa sisik atau lebih dari dua, yang duduknya berseling dalam dua baris berhadapan. Sebuah atau dua glumae pada bulir bagian yang bawah tidak
berisi bunga, lainnya berisi sebuah daun mahkota yang berbentuk sisik atau palea kerap kali dua badan penggelembung, sebuah benang sari atau lebih dan sebuah bakal buah.[6]
Perbungaan unit dasar spikelet, kumpulan spikelet membentuk spika, racemes, panikula satu spikelet memiliki sepasang braktea disebut gluma satu spikelet terdiri dari 1–lebih floret, tersusun pada sumbu (rakhila) satu bunga (floret) memiliki braktea lemma dan palea floret, ♀, ♂ Perhiasan bunga terdiri dari 2 sisik (lodiculae) stamen (10), 3, (6) stilus (1), 2, (3) stigma umumnya seperti bulu ovarium 2-3 carpel, 1 lokul, 1 ovul, superus buah.[7]
Suku ini meliputi 500 marga dan 8000 jenis, kosmopolit, tetapi lebih banyak di daerah tropis dan temperate udara dengan curah hujan cukup untuk membentuk padang-padang rumput. Anggota suku ini adalah yang paling tinggi populasinya di dunia karena banyak tanaman budidaya yang menjadi anggotanya dan ditanam luas sebagai bahan pangan utama. Di dalamnya termasuk tumbuhan seperti padi, gandum, jagung, jelai, jewawut, serta sorgum (cantel). Selain itu, bambu dan tebu juga termasuk di dalamnya. Bahan pakan ternak juga banyak memanfaatkan anggota suku ini, seperti rumput gajah dan rumput raja. Anggota suku ini beberapa di antaranya merupakan tumbuhan pengganggu (gulma) yang penting, seperti alang-alang dan rumput bandotan. Ada anggotanya yang merupakan sumber wangi-wangian, yaitu rumput akar wangi dan serai. suku ini mempunyai kepentingan ekonomi cukup besar bagi manusia.[8]
Klasifikasi yang mewakili dari suku Poaceae yaitu:
Kerajaan          : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Anak kelas      : Commelinidae
Bangsa                        : Cyperales
Suku                : Poaceae
(Undang Ahmad Dasukin, 1991)
1)      Persebaran Poaceae
Persebaran setiap jenis tumbuhan yang menyusun flora dipengaruhi oleh sejarah tumbuhan masa lalu atau masa kini, kemampuan berimigrasi sangat tergantung pada efesien pemencaran tumbuhan dan daya penyesuaian terhadap lingkungan tempat tumbuhan hidup (adaptasi) secara fisiologi. Setiap jenis tumbuhan yang berbeda pada umumnya mempunyai daerah persebaran yang berbeda-beda pula, misalnya tumbuhan rumput-rumputan.[9]
Rumput memperbanyak diri dengan bijinya, Terdiri atas 500 marga, 8000 jenis penyebaran luas atau kosmopolit. Karena ukurannya yang kecil dan kadang-kadang dilengkapi dengan rambut halus sebagai alat penempel, maka biji-biji tersebut mudah menyebar oleh angin maupun binatang.[10]
Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah SWTdalam  Q.S. Al-Hijr/15: 22 yaitu:
$uZù=yör&ur yx»tƒÌh9$# yxÏ%ºuqs9 $uZø9tRr'sù z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB çnqßJä3»oYøŠs)ór'sù !$tBur óOçFRr& ¼çms9 tûüÏRÌ»sƒ¿2 ÇËËÈ
Terjemahnya: “Dan kami Telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya”.

Melalui ayat di atas menunjukkan kepada kita bahwa tiupan angin menyebabkan perkawinan tumbuh-tumbuhan dan rumput-rumputan, dan dengan curah hujan tumbuh jenis tertentu bagi daerah tropis basah dan ada daerah tropis kering.[11]
 Banyak jenis rumput menghasilkan pula tunas rimpang yang berguna untuk memperbanyak diri. Selain itu batang yang menyerap biasa disebut stolon, juga menghasilkan tunas-tunas baru. Pada jenis yang sudah dibudidayakan potongan-potongan batang pun dipergunakan untuk memperbanyaknya.[12]
Allah menciptakan tanaman yang tumbuh dan memperbanyak diri sesuai dengan tipe tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT Q.S. AL-A’raaf/7: 58 yaitu,
à$s#t7ø9$#ur Ü=Íh©Ü9$# ßlãøƒs ¼çmè?$t6tR ÈbøŒÎ*Î/ ¾ÏmÎn/u ( Ï%©!$#ur y]ç7yz Ÿw ßlãøƒs žwÎ) #YÅ3tR 4 y7Ï9ºxŸ2 ß$ÎhŽ|ÇçR ÏM»tƒFy$# 5Qöqs)Ï9 tbráä3ô±o ÇÎÑÈ
Terjemahnya: “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya   hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (kami) bagi orang-orang yang bersyukur”.[13]

2)      Manfaat Poaceae
Poaceae termasuk tanaman berkarakter gulma yang tumbuh pada waktu, tempat dan lokasi yang tidak diinginkan manusia. Tanaman rumput ini dikategorikan sebagai tanaman yang merugikan manusia. Bila dikaji lebih lanjut, ternyata tanaman rumput dapat memberikan beberapa keuntungan kepada amnesia, yaitu sebagai penutup tanah (elemen soft material) yang dikenal sebagai rumput lanskap. Rumput yang ditata secara tepat dan dipelihara dengan baik akan menghasilkan hamparan rumput yang sehat dan indah sehingga keseluruhan bentuk taman akan terlihat indah dan enak dipandang. Penggunaan tanaman rumput dapat memberikan bentuk tekstur yang baik pada permukaan tanah. Karakteristik yang dimiliki tanaman rumput akan memberikan kesan halus atau kasar pada permukaan tanah. Menutup tanah dengan tumbuh-tumbuhan (rumput) secara terus menerus, merupakan salah satu cara dalam konservasi tanah. Fungsi rumput sebagai tanaman konservasi adalah sebagai penahan erosi dan penutup tanah.[14]
Poaceae merupakan kelompok tanaman yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat. Sebagian digunakan sebagai sumber bahan makanan utama, seperti padi, shorgum, gandum, jagung, tebu, dan lain sebagainya. Dalam kehidupan manusia, rumput telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Sebagian besar pakan binatang piaraan misalnya sapi, kerbau, dan lain-lain. Yang berguna untuk pangan manusia antara lain padi, jagung, gandum. Dari segi perumahan, rumput tidak pula ketinggalan memainkan peranannya. Rumput pun ada yang dimanfaatkan untuk tanaman hias, akhir-akhir ini rumput pun sangat penting bagi penggemar olah raga. Di bidang industri pun ada jenis-jenis rumput yang berguna, sereh adalah salah satu contohnya, di samping kegunaannya sebagai bumbu masakan sehari-hari. Sedangkan sebagian lain, terutama genus bambu digunakan untuk konstruksi bangunan dan konservasi tanah dan air, seperti penahan erosi di pinggiran daerah aliran sungai (DAS). Adapula dari marga rumput yang berfungsi sebagai tanaman penutup  lahan, pengendali erosi dan untuk penutup taman (lansekap).[15]
Allah SWT menciptakan bermacam-macam tumbuhan untuk dimanfaatkan oleh manusia sebagaimana firman Allah SWT dalam  Q.S. Lukman/31:10 yaitu
t,n=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÎŽötóÎ/ 7uHxå $pktX÷rts? ( 4s+ø9r&ur Îû ÇÚöF{$# zÓźuru br& yÏJs? öNä3Î/ £]t/ur $pkŽÏù `ÏB Èe@ä. 7p­/!#yŠ 4 $uZø9tRr&ur z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oY÷Gu;/Rr'sù $pkŽÏù `ÏB Èe@à2 8l÷ry AOƒÍx. ÇÊÉÈ
Terjemahnya : “Dia menciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnya dan dia meletakkan gunung-gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan memperkembang biakkan padanya segala macam jenis binatang. dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.[16]

Potensi lain diketahui bahwa ada beberapa jenis dari Poaceae yang dapat menghasilkan minyak atsiri. Umumnya minyak atsiri yang terpenting didapat dari ekstraksi kelompok tanaman marga Cymbopogon. Diantaranya adalah minyak sitronella, palmarosa lemongrass, dan gingergrass oil (minyak serai ginger). Indonesia merupakan salah satu negara pengeskpor  minyak atsiri dunia. Beberapa senyawa minyak atsiri merupakan pewangi stater untuk pembuatan pewangi kimia. Minyak atsiri yang dihasilkan selain dipengaruhi oleh cara penyulingan, juga dipengaruhi oleh lingkungan tumbuh tanaman, waktu petik, penanganan sebelum dan sesudah  penyulingan. Demikian halnya bagian tanaman yang dipetik  pada musim kemarau akan menghasilkan kualitas dan kadar  minyak yang lebih baik dibanding musim hujan. Dalam upaya pengembangan tanaman minyak atsiri di Indonesia, tidak hanya dilakukan melalui peningkatan produksi saja, tetapi juga melalui diversifikasi tanaman.[17]



[1]Sudarsono, Ratnawati, dan Budiwati, Taksonomi Tumbuhan Tinggi (Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2005), h. 11.
[2]Syamsiah, Taksonomi Tumbuhan Tinggi  (Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM, 2008), h. 1.

[3]Sudarsono, Ratnawati, dan Budiwati, op. cit., h. 39-40.
[4]Gembong Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta) (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002), h. 436.

[5]Crowder, Tropical Grassland Husbandry  (New York: Longman Inc, 1982), h. 10.

[6]C.G.G.J. van Steenis, Flora  (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006), h. 97-98.

[7]Gembong  Tjitrosoepomo, Taksonomi Tumbuhan  (Taksonomi Khusus) (Jakarta: Bhratara Karya Aksara,  1981), h. 19.
[8]Syamsiah, op. cit.,h. 127.

[9]Pudjorianto, Pengantar dan Dasar-Dasar Sistematika Tumbuhan (Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, 1984), hal. 77.

[10]U Nasution, “Pengamatan Berbagai Jenis Tumbuhan Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Pros. Lokakarya Karet 1984 PN/PT Perkebunan Wilayah I. P4TM. Tanjung Morawa”, (1984): h. 3.
[11]Syamsuddin Hasan, ilmu Tanaman Makanan Ternak  (Makassar: Alauddin Press, 2006), h. 17-18.

[12]Setijati Sastrapradja, Jenis Rumput Dataran Rendah (Bogor: Lembaga Biologi Nasional, 1980), h. 7-8.

[13]Departemen Agama RI,  Alqur’an dan Terjemahannya (Surabaya: CV. Karya Utama, 2007), h . 212.

[14]Veronica, Rumput Lansekap untuk Lapangan Olah Raga, Taman, Areal parkir (Jakarta: Penebar Swadaya, 1998).,h. 40.

[15]Setijati Sastrapradja, loc. cit.

[16]Departemen Agama RI, op. cit., h. 581.

[17]Andria Agusta, Minyak Atsiri Tumbuhan Tropika   (Bandung: ITB, 2000), h. 17.
                                                                                                                                                       


BAB III
METODE PENELITIAN

A.     Jenis Penelitian
            Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif  yang menggambarkan tentang identifikasi jenis-jenis Poaceae di area kampus 2 UIN Alauddin.

B.     Variabel  Penelitian
            Variabel penelitian ini adalah variable tunggal yaitu jenis-jenis Poaceae di area kampus 2 UIN Alauddin.

C.     Definisi Operasional Variabel
1.      Identifikasi jenis-jenis Poaceae merupakan kegiatan mencandra tumbuhan dengan melihat ciri morfologi yaitu akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji.
2.      Poaceae adalah semua jenis rumput-rumputan yang masuk ke dalam suku Gramineae.




D.    Waktu dan Tempat
Waktu dan tempat penelitian ini yaitu direncanakan dan dilakukan pada bulan Agustus di area kampus 2 UIN Alauddin.

E.     Alat dan Bahan Penelitian
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
·         Kamera
·         Mikroskop Binocular
·         Mikroskop Trinocular
·         Gunting
·         Tali rafia
·         Alat tulis menulis
·         Buku panduan taksonomi tumbuhan.
·         Sasak (30 cm x 40 cm)
·         Alkohol 70%
·         Kertas koran





F.     Prosedur Penelitian
1.      Tahap Persiapan
a.       Observasi Lapangan
Langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan lokasi penelitian.
b.      Menyiapkan alat dan bahan
2.      Tahap Pelaksanaan
a.       Pengambilan sampel
Luas total area kampus 2 UIN Alauddin adalah 32 hektar dan luas area terbuka yang tidak didirikan bangunan adalah 9,6 hektar, sampel diambil dari 30% luas area terbuka yang dibagi menjadi XIV titik yaitu, stasiun I (di samping kiri gedung Auditorium), stasiun II  (di depan gedung Rektorat), stasiun III (di depan gedung C Fakultas Sains dan Teknologi), stasiun IV (di samping kiri gedung Fakultas Sains dan Teknologi), stasiun V  (di samping kiri gedung B Fakultas Sains dan Teknologi), stasiun VI (Lapangan), stasiun VII ( di samping kiri gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan), stasiun VIII (di depan asrama putri), stasiun IX (di samping kanan Mesjid ), stasiun X (di belakang Fakultas Adab dan Humaniora ), stasiun XI (di belakang gedung Fakultas Kesehatan), stasiun XII (di samping kiri Fakultas Ushuluddin dan Filsafat), stasiun XIII (di belakang gedung Fakultas Syariah dan Hukum), stasiun XIV (di depan Poliklinik).
Proses pengambilan sampel yaitu dengan cara membuat beberapa plot yang berukuran 3m x 3m pada masing-masing stasiun. Tumbuhan yang ditemukan pada plot tersebut diidentifikasi dengan cara mencandra berdasarkan ciri morfologi (akar, batang, daun, bunga, buah, dan biji).
b.      Mengambil gambar dari masing-masing bagian akar, batang, daun,  bunga, buah dan biji.
c.       Mengidentifikasi tumbuhan Poaceae yang dijumpai di lapangan berdasarkan ciri morfologi (akar, batang, daun,  bunga, buah dan biji).
d.      Membuat herbarium.
e.       Membuat kunci Identifikasi.

G.    Teknik Analisis Data
Data dari hasil penelitian selanjutnya dianalisis secara deskriptif kualitatif.

                                                                                                                                                                   


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.     Hasil Pengamatan
Hasil penelitian identifikasi jenis-jenis Poaceae di area kampus 2 UIN Alauddin, diketahui 17 jenis Poaceae disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Table 4.1. Pengamatan jenis-jenis poaceae di area penelitian (stasiun) kampus 2 UIN Alauddin.

Area penelitian (stasiun)


Spesies
Stasiun I (di samping kiri gedung Auditorium)
-      Cynodon dactylon
-      Digitaria sanguinalis
-      Eragrotis amabilis
-      Cyperus rotundus
-      Panicum maximum
-      Bambusa apus
-      Imperata cylindrica
Stasiun II  (di depan gedung Rektorat)
-      Axonopus compressus
-      Cyperus rotundus
-      Digitaria sanguinalis
Stasiun III (di depan gedung C Fakultas Sains dan Teknologi)
-      Cynodon dactylon
-      Axonopus compressus
-      Cyperus rotundus
-      Digitaria sanguinalis
-      Eleusin indica
Stasiun IV (di samping kiri gedung Fakultas Sains dan Teknologi)
-      Axonopus compressus
-      Chloris barbata
-      Cynodon dactylon
-      Dactyloctenium aegyptium
-      Sorghum halapenses
-      Imperata cylindrica
-      Cyperus rotundus
-      Eulalia amaura
-       Bambusa apus
Stasiun V  (di samping kiri gedung B Fakultas Sains dan Teknologi)
-      Eleusin indica
-      Imperata cylindrica
-      Axonopus compressus
-      Sorghum halapenses
-      Eulalia amaura
-      Cynodon dactylon
-      Cyperus rotundus
Stasiun VI (Lapangan)
-      Digitaria sanguinalis
-      Cynodon dactylon
Stasiun VII ( di samping kiri gedung Fakultas Tarbiyah dan Keguruan),
-      Bambusa vulgaris
-      Imperata cylindrica
-      Eragrotis amabilis
-      Eleusin indica
-      Chloris barbata
-      Digitaria sanguinalis
Stasiun VIII (di depan asrama putri)
-      Paspalum comersii
-      Axonopus compressus
-      Chloris barbata
-      Pogonatherum paniceum
-      Digitaria sanguinalis
-      Eragrotis amabilis
-      Fimbristylis annua
Stasiun IX (di samping kanan Mesjid ),
-      Chloris barbata
-      Imperata cylindrica
-      Axonopus compressus
-      Panicum maximum
-      Bambusa vulgaris
-      Eragrotis amabilis
Stasiun X (di belakang Fakultas Adab dan Humaniora )
-      Imperata cylindrica
-      Cynodon dactylon
-      Digitaria sanguinalis
-      Panicum maximum
-      Bambusa apus
Stasiun XI (di belakang gedung Fakultas Kesehatan)
-      Eulalia amaura
-      Bambusa apus
-      Imperata cylindrica
-      Axonopus compressus
-      Cynodon dactylon
Stasiun XII (di samping kiri Fakultas Ushuluddin dan Filsafat)
-      Imperata cylindrica
-      Axonopus compressus
-      Eulalia amaura
Stasiun XIII (di belakang gedung Fakultas Syariah dan Hukum)
-      Eulalia amaura
-      Imperata cylindrica
-      Chloris barbata
-      Axonopus compressus
-      Panicum maximum
Stasiun XIV (di depan Poliklinik)
-      Panicum maximum
-      Cynodon dactylon
-      Cyperus rotundus
-      Eulalia amaura
-      Paspalum comersii
-      Imperata cylindrica
-      Digitaria sanguinalis

 Tabel 2. Hasil Identifikasi Morfologi Poaceae
No
Species
Ciri Morfologi
Keterangan
Akar
Batang
Daun
Bunga
Buah/Biji
1
Cynodon dactylon

Sistem perakaran serabut
Berwarna hijau keunguan, tinggi 0,1m-0,4m, ruas 1cm, permukaan licin, batang rumput, berbaring, berbentuk langsing, sedikit pipih, dan berongga.
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, pertulangan daun sejajar, tepi kasar, seperti kertas, warna hijau, permukaan berbulu.
Bunga bulir, terdapat sekam, benang sari 3, putik 2, dan termasuk bunga lengkap.
Bulir
2
Digitaria sanguinalis
Sistem perakaran serabut
Berwarna hijau, tinggi 1m-1,2m, ruas 3cm-4cm, permukaan licin, batang rumput, merayap, berbentuk pipih dan berongga.
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna hijau keunguan, permukaan berbulu.
Bunga bulir, terdapat sekam, benang sari 3, putik 2 dan termasuk bunga lengkap.
Bulir
3
Fimbristylis annua
Sistem perakaran serabut
Berwarna hijau, tinggi 0,1m-0,8m, permukaan licin, sifat batang rumput, berbaring, bentuk segitiga.
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau kebiruan, permukaan licin.
Bunga bongkol, terdapat sekam, putik 2, dan termasuk bunga betina.
Bulir
4
Panicum maximum
Sistem perakaran serabut
Berwarna hijau, tinggi 1,5m-2m, ruas 5cm-6cm, permukaan halus, sifat batang rumput, condong, bentuk bulat barongga.
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, permukaan berbulu kasar.
Bunga malai, terdapat sekam, putik 2, termasuk bunga jantan.
Bulir
5
Axonopus compressus
Sistem perakaran serabut
Berwarna hijau keunguan, tinggi 0,2m-0,5m, ruas 4cm-5cm, permukaan berbulu tipis, menjalar, bentuk bulat berongga.
Bangun daun lanset, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna hijau keunguan, permukaan berbulu.



Bunga bulir, terdapat sekam, benang sari 3, putik 2, termasuk bunga lengkap

Bulir
6
Imperata cylindrica
Sistem perakaran serabut
Berwarna hijau keunguan, tinggi 0,2m-1,5m, permukaan berbulu, sifat batang rumput, tegak, bentuk bulat berongga.
Bangun daun garis lanset, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan berbulu.
Bunga malai, terdiri dari mahkota, benang sari 2, termasuk bunga jantan.
Bulir
7
Chloris barbata
Sistem perakaran serabut
Berwarna hijau, tinggi 0,2m-0,8m, ruas 4cm-5cm, permukaan berbulu, sifat batang rumput, merayap, bentuk bulat berongga.
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna hijau kebiruan, permukaan berbulu kasar.
Bunga bulir, terdiri dari sekam, benang sari 3, putik 2, termasuk bunga lengkap.
Bulir
8
Shorgum halapenses
Sistem perakaran serabut
Berwarna hijau keunguan, tinggi 1,5m-3m, ruas 30cm-35cm, permukaan licin dan berbulu, sifat batang rumput, tegak, bentuk bulat berongga.

Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan licin.
Bunga malai, terdapat sekam, benang sari 2, termasuk bunga jantan.
Bulir
9
Eulalia amaura
Sistem perakaran serabut
Warna hijau keunguan, tinggi 0,3m-0,4m, ruas 7cm-8cm, permukaan licin, sifat batang rumput, tegak, bentuk bulat berongga.
Bangun daun ujung tombak, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan berbulu halus.
Bunga tandan tertutup, terdapat mahkota, benang sari 2, termasuk bunga jantan.
Tandan
10
Eleusin indica
Sistem perakaran serabut
Warna hijau, tinggi 0,1m-0,9m, ruas 4cm-6cm, permukaan berbulu halus, sifat batang rumput, condong, bentuk bulat berongga,
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepiu rata, daging seperti kertas, warna hijau muda, permukaan berbulu halus.
Bunga bulir, terdapat sekam, benang sari 3, putik 2, termasuk bunga lengkap.
Bulir
11
Dactyloctenium aegyptium
Sistem perakaran serabut
Warna hijau, tinggi 0,1m-0,6m, ruas 4cm-5cm, permukaan licin, sifat batang rumput, merayap, bentuk bulat berongga.
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan berbulu.
Bunga bulir, terdapat sekam, benang sari 3, jumlah putik 2, termasuk bunga lengkap.


Bulir
12
Pogonatherum paniceum
Sistem perakaran serabut
Warna hijau, tinggi 0,1m-0,6m, ruas 4cm-6cm, permukaan berbulu, sifat batang rumput, condong, bentuk bulat silindris berongga.
Bangun daun garis lanset, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan berbulu halus.
Bunga bulir, terdapat sekam, putik 2, termasuk bunga betina.
Bulir
13
Eragrotis amabilis
Sistem perakaran serabut
Warna hijau keunguan, tinggi 0,1m-0,6m, ruas 5cm-6cm, permukaan berbulu halus, sifat batang rumput, bentuk bulat berongga.
Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi kasar, daging seperti kertas, warna hijau tua, permukaan berbulu halus.
Bunga malai, terdapat sekam, putik 2, termasuk bunga betina.
Malai
14
Cyperus rotundus
Sistem perakaran serabut
Warna hijau tua, tinggi 0,1cm-0,8cm, permukaan licin, sifat batang rumput, tegak, bentuk tumpul persegi tiga tajam.

Bangun daun bentuk garis, ujung daun runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau tua mengkilat, permukaan licin.
Bunga bulir, terdapat sekam, benang sari 3, termasuk bunga jantan.
Bulir
15
Paspalum commersii
Sistem perakaran serabut
Warna hijau tinggi 1m-2m, ruas 4cm-4,5cm, permukaan berbulu, sifat batang rumput, berbaring, bulat berongga.


Bangun daun garis, ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau permukaan berbulu.
Bunga bulir, terdapat sekam, benang sari 3, termasuk bunga jantan.
Bulir
16
Bambusa vulgaris
Sistem perakaran serabut
Warna kuning bergaris hijau membujur, tinggi 5m-25m, diameter 1,5cm-3cm, ruas 10cm-15cm, permukaan licin.
Pelepah 4cm-5cm, tangkai anak daun 0,1mm-0,25mm, bangun daun lanset, ujung runcing, pangkal membulat, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan kasar, jumlah helaian pada tangkai 9.
Merupakan bunga majemuk tak berbatas (inflorencentia racemosa). Di atas tangkai sangat tipis, panjang 1,5 – 3,5 cm. Anak bulir panjang 2 – 2 mm. Tangkai putik 2, kepala putik kuning. Buah kuning kecoklatan. Kerapkali pada dinding yang terjal; 5 – 1.700 m.
-
17
Bambusa apus
Sistem perakaran serabut
Warna hijau tua, tinggi 10m-25m, diameter 5cm-10cm, ruas 15cm-22cm, permukaan licin.
Bangun daun lanset, ujung runcing, pangkal membular, tepi rata, daging seperti kertas, warna hijau, permukaan licin, jumlah helaian pada tangkai 6
Merupakan bunga majemuk tak berbatas (inflorencentia racemosa). Di atas tangkai sangat tipis, panjang 1,5 – 3,5 cm. Anak bulir panjang 2 – 2 mm. Tangkai putik 2, kepala putik kuning. Buah kuning kecoklatan. Kerapkali pada dinding yang terjal; 5 – 1.700 m.
-

B. Pembahasan

Hasil penelitian identifikasi jenis-jenis Poaceae di area kampus 2 UIN Alauddin, diketahui 17 jenis Poaceae disajikan dalam bentuk gambar  sebagai berikut:

1. Axonopus compressus (Swartz) Beauv. (jukut pait).

Gambar 4.1. Morfologi Axonopus compressus (Swartz) Beauv. (jukut pait).
A.Morfologi seluruh bagian tumbuhan Axonopus compressus (Swartz) Beauv. (jukut pait); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8) Pistillum, (9) sekam; F (10) Biji.





Deskripsi:
Rumput menahun, membentuk bahan jerami di tanah dengan batang yang memiliki sudut antar ruas, batangnya berdaun 1-2, tunasnya menjalar dan bercabang, seringkali berwarna ungu, tingginya mencapai 0,2-0,5 m. Helaian daunnya berbentuk lanset, memiliki tepian kasar, yang berukuran 2,5-37 kali atau 0,6-1,6 cm. Pangkal daunnya berlekuk dan ujungnya lancip dengan permukaan yang bergelombang. Memiliki bulir pada satu sisi, panjangnya mencapai 3-11 cm. Anak bulir berselang seling kiri dan kanan, menempel pada porosnya, bentuknya memanjang, ukurannya 2,5 mm. Jumlah benang sarinya 3, tangkai putiknya 2, ukuran kepala putiknya besar, muncul kesamping, warnanya putih.[1]
Jukut pait berkembangbiak dengan cepat melalui biji atau dengan batang memanjat. Biji-bijinya mudah sekali menempel pada benda yang menyentuhnya, terutama dalam keadaan basah.[2]













2. Bambusa apus
Gambar 4.2. Morfologi Bambusa apus
A. Morfologi seluruh bagian Bambusa apus; B (1) Rebung; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. (7) Costa, (8) Lingula.

Deskripsi:

Merupakan sistem akar serabut (radix adventicia). Akar bambu terdiri dari rimpang (rhizoma) berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang disebut rebung. Karakter rebung dapat digunakan untuk membedakan setiap jenis bambu, yaitu : bentuk rebung, warna pelepah rebung, warna bulu pada pelepah rebung, posisi daun pelepah rebung, bentuk kuping pelepah dan pinggiran daun pelepah rebung. Bentuk rebung terdiri dari bentuk mengerucut dan bentuk ramping. Bambu yang berdiameter lebih dari 10 cm, umumnya memiliki bentuk rebung mengerucut, sedangkan bambu yang berdiameter kurang dari 10 cm memiliki bentuk rebung yang ramping. Bentuk rebung mengerucut terdapat pada jenis Bambusa apus, warna pelepah rebung hijau muda sampai hijau tua, Kuping pelepah rebung dari semua jenis bambu yang diperoleh dalam penelitian ini bentuk kuping pelepah rebung menggaris.[3]
Karakter buluh bambu dapat dijadikan sebagai karakter yang baik dalam mengelompokkan jenis-jenis bambu ke tingkat marga dan jenis. Karakter buluh yang dapat digunakan dalam membedakan jenis-jenis bambu adalah tipe buluh, tinggi buluh, warna buluh (muda dan tua), permukaan buluh (muda dan tua), panjang ruas buluh, diameter buluh, ketebalan dinding buluh dan karakter buku, Tipe buluh bambu yang ditemukan dalam penelitian ini adalah tegak dan berbiku-biku, Warna buluh muda umumnya hijau (hijau muda sampai hijau tua), Karakter pelepah buluh adalah karakter yang baik untuk mengelompokkan bambu ke dalam tingkatan jenis. Perbedaan dalam pelepah buluh bambu meliputi : luruh tidaknya pelepah buluh, panjang pelepah buluh, permukaan adaksial dan abaksial pelepah buluh, warna pelepah, bentuk kuping pelepah, lipatan ujung kuping pelepah, ada tidaknya bulu kejur pada kuping pelepah, tinggi ligula, pinggiran ligula, ada tidaknya bulu kejur pada ligula, posisi daun pelepah, tinggi daun pelepah, dan pangkal daun pelepah, pada jenis ini pelepahnya tidak mudah luruh.[4]
Merupakan daun majemuk (folium compositum), dimana tangkainya bercabang-cabang dan pada cabang tangkai ini terdapat lebih dari satu helaian daun. Pada pangkalnya pelepah daun mempunyai karangan rambut yang pendek. Memiliki lidah (ligula) berupa selaput tipis yang biasanya ditemukan diperbatasan helai pelepah daun sangat pendek. Helaian daun bentuk garis lancet, halus sepanjang tepi dan rata (integer), kedua sisi kasar, pada waktu muda kering menggulung,   4 – 8 kali 0,3 – 0,8 cm.[5]  Memiliki pertulangan daun yang sejajar, dimana terlihat tulang-tulang daun yang kecil seperti pada daun yang bertulang melengkung semuanya berasal dari pangkal ibu tulang daun (petioles communis). Karena daun sempit dan panjang, tulang-tulang tersebut tidak kelihatan melengkung, tetapi lurus dan sejajar (rectinervis) satu sama lain. Ujung daun (apex folii) dan pangkal daun (basis folii) runcing (acutus).[6]
Batang tumbuh tegak, merapat antara batang satu dengan lainnya, warna batang hijau muda kadang sampai hijau tua, pelepah selalu menempel, ujung meleungkung. Rumpun rapat 11 batang setiap meter, tinggi batang bisa mencapai 16,5 m dengan diameter pangkal 8,5 cm, berdinding tipis, dengan jumlah ruas sebanyak 68 ruas, ruas terpanjang 68 cm dan berat batang segar 15 kg.[7]
3. Bambusa vulgaris

Gambar 4.3. Morfologi Bambusa vulgaris
A.Morfologi seluruh bagian Bambusa vulgaris; B (1) Rebung; C. Batang: (1) Nodus, (2) Internodus; E. (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal, (7) Rakis; F. (8) Costa, (9) Lingula.



Deskripsi:
Setiap rumpun menghasilkan 8 – 14 batang setiap tahun, sekitar 2 – 3 bulan rebung mencapai pertumbuhan dewasa, dan 3 bulan kemudian batang mencapai tinggi maksimum. Rumpun bambu memiliki tinggi 1 – 0,6 m. Batang bercabang, tipis, boleh dikatakan bulat silindris (teres), keras, berdaun sangat dekat dengan ujung. Karakter rebung dapat digunakan untuk membedakan setiap jenis bamboo yaitu : bentuk rebung, warna pelepah rebung, warna bulu pada pelepah rebung, posisi daun pelepah rebung, bentuk kuping pelepah dan pinggiran daun pelepah rebung. Bentuk rebung terdiri dari bentuk mengerucut dan bentuk ramping. Bambu yang berdiameter lebih dari 10 cm, umumnya memiliki bentuk rebung mengerucut, sedangkan bambu yang berdiameter kurang dari 10 cm memiliki bentuk rebung yang ramping. Sedangkan pada jenis bamboo ini memiliki rebung berbentuk ramping.[8]
Karakter pelepah buluh adalah karakter yang baik untuk mengelompokkan bambu ke dalam tingkatan jenis. Perbedaan dalam pelepah buluh bambu meliputi : luruh tidaknya pelepah buluh, panjang pelepah buluh, permukaan adaksial dan abaksial pelepah buluh, warna pelepah, bentuk kuping pelepah, lipatan ujung kuping pelepah, ada tidaknya bulu kejur pada kuping pelepah, tinggi ligula, pinggiran ligula, ada tidaknya bulu kejur pada ligula, posisi daun pelepah, tinggi daun pelepah, dan pangkal daun pelepah. Pelepah buluh bambu jenis  B.vulgaris mudah luruh.[9]
Batang berwarna hijau, percabangan dimulai dari buku paling bawah. Rumpun jarang 4 batang setiap meter. Tinggi batang bisa mencapai 10 m dengan diameter 9 cm. Diketahui terdapat 2 jenis bambu ampel hijau yaitu yang berwarna batang hijau muda dengan batang tumbuh lurus dan ampel hijau tua yang batangnya tumbuh membengkok atau melengkung.[10]
Tinggi mencapai 10 - 20 m (batang berbuluh sangat tipis dan tebal dinding batang 7 - 15 mm), diameter 4-10 cm (jarak buku 20 - 45 cm), dan warna batang kuning muda bergaris hijau tua. Tempat tumbuh mulai dataran rendah hingga ketinggian 1200 m, di tanah marjinal atau di sepanjang sungai, tanah genangan, pH optimal 5 - 6,5, tumbuh paling baik pada dataran rendah. Air rebusan rebung muda bambu kuning dimanfaatkan untuk mengobati penyakit hepatitis. Batangnya banyak digunakan untuk industri mebel, bangunan, perlengkapan perahu, pagar, tiang bangunan dan juga sangat baik untuk bahan baku kertas.[11]
Karakter daun dapat digunakan dalam mengelompokkan bambu ke dalam tingkatan jenis (spesies). Adapun karakter pembeda daun dari masing masing bambu adalah ukuran, warna daun, permukaan atas dan bawah daun, ada tidaknya bulu pada pelepah, bentuk kuping pelepah daun, tinggi kuping pelepah, tinggi ligula, pinggiran ligula dan ada tidaknya bulu kejur pada ligula. Ukuran daun bambu umumnya 4,4-8x5-40cm. Ukuran daun terkecil yaitu pada jenis B.multiplex (1-1,5x5-10cm) dan yang terbesar adalah pada D.asper (5- 10x5-40cm). Warna daun bambu umumnya hijau. Permukaan atas daun bambu umumnya tidak berbulu. Permukaan bawah daun bambu yang tidak berbulu.[12]
4.  Chloris barbata Swartz. (rumput kembang goyang)
Gambar 4.4. Morfologi Chloris barbata Swartz. (rumput kembang goyang)
A. Morfologi seluruh bagian Chloris barbata Swartz. (rumput kembang goyang); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) sekam, (8) Pistillum, (9) Stamen; F (10) Biji.

Deskripsi:
Perawakan rumput kembang goyang tidak jauh berbeda dengan jukut jampang dan hidup keduanya pun bercampur. Batangnya merayap pada pangkalnya dan mengeluarkan akar, tingginya mencapai 0,2-0,8 m. Pelepah daun yang bagian bawah berlunas, lidah daunnya pendek. Helaian daun berbentuk garis, tepi daunnya kasar, permukaan kasar, warnanya hijau kebiruan, ukurannya 0,4-1 cm. Bulirnya berjumlah 4-28, berkumpul, panjangnya 2-10 cm. Sekam terlipat, berambut, warnanya keungu-unguan. Benang sari berjumlah 3, kepala sarinya berwarna putih, tangkai putik berjumlah 2, kepala putik tersebut muncul disamping dan warnanya keungu-unguan. Rumput ini banyak dijumpai disepanjang pantai yang kering dan cerah.[13]
5. Cynodon dactylon (L.) Pers. (Grinting)
Gambar 4.5. Morfologi Cynodon dactylon (L.) Pers. (Grinting)
A.Morfologi seleruh bagian Cynodon dactylon (L.) Pers. (Grinting); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Pistillum, (8) sekam, (9) Stamen; F (10)
Biji

Deskripsi:
Cynodon dactylon mempunyai pertumbuhan badaniah yang hampir serupa dengan rumput peking. Di alam tumbuhnya sering bercampur dengan rumput jenis lainnya. Hidupnya semusim. Mempunyai rimpang dan stolon yang tumbuhnya kesegala arah.[14]
Tinggi 0,1 m – 0,4 m. batang langsing, sedikit pipih, yang tua dengan rongga kecil. Daun kerapkali jelas 2 baris. Lidah sangat  pendek. Helaian daun bentuk garis, tepi kasar, hijau kebiruan, berambut atau gundul. Bulir 3 – 9, mengumpul. Poros bulir berlunas. Anak bulir berdiri sendiri, berseling kiri kanan, berwarna keunguan. Sekam 1 – 2, benang sari 3, tangkai putik 2, kepala putik berwarna ungu, muncul ditengah-tengah anak bulir.[15]
Keadaan lingkungan sangat berpengaruh pada lama rumput ini hidup. Perbanyakan diri atau perkembangbiakannya dengan stek batangnya atau bijinya. Bulir-bulirnya mudah menempel pada bulu burung dan diterbangkan kemana-mana.[16]





7. Dactyloctenium aegyptium Richt. (rumput tapak  jalak)
Gambar 4.7. Morfologi Dactyloctenium aegyptium Richt. (rumput tapak  jalak)
A.Morfologi seluruh bagian Dactyloctenium aegyptium Richt. (rumput tapak  jalak); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D. Daun: (4) Margo, (5) Apex, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8) Pistillum, (9) sekam; F (10) Biji.

Deskripsi:
      Rumput ini berumur 1 tahun dengan pangkal batang yang merayap atau sering bercabang, tingginya mencapai 0,1-0,6 m. bulirnya seringkali berjumlah 1-7, tangkai bulirnya memiliki bulu yang panjang, anak bulirnya berselang seling. Sekam menempel kuat berbentuk perahu, berwarna kecoklatan. Benang sari berjumlah 3, kepala sarinya kecil dan berwarna kuning. Tangkai putik berjumlah 2, dan berwarna putih. Rumput ini biasanya tumbuh di daerah yang bermusim kemarau.[17]
8. Digitaria sanguinalis Scop. (Jampang piit)
Gambar 4.8. Morfologi Digitaria sanguinalis Scop. (Jampang piit)
A.Morfologi seluruh bagian Digitaria sanguinalis Scop. (Jampang piit); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Pistillum, (8) Stamen, (9) sekam; F (10) Biji.
Deskripsi:
Tinggi mencapai 1 – 1,2 m. Batangnya besar dan pipih semakin ke bawah rongganya semakin besar. Pelepah daunnya menyatu menjadi satu pada batang, helaian daun berbentuk garis lanset atau garis, bertepih kasar, warna agak keunguan, ukurannya 2-25 kali 0,3-1,3 cm. Bulirnya berjumlah 2-22 perkarang bunga, tumbuh pada ketinggian yang tidak sama. Anak bulir berselang seling kiri dan kanan dari porosnya, ukurannya 2-4 mm. Rambut tepi dari sekam pada buah saling menjauh. Jumlah benang sari 3, kepala sari berwarna kuning atau ungu. Tangkai putik berjumlah 2, kepala putik muncul diujung anak bulir warnanya ungu kemerahan, dan jarang berwarna putih.[18]
Banyak dijumpai dipinggir jalan, pematang sawah, sepanjang aliran sungai atau parit dan hutan sekunder. Tumbuhnya pada ketinggian 1-1500 m dari permukaan laut.[19]











9. Eleusin indica (L.) Gaertn. (rumput belulang)
Gambar 4.9. Morfologi Eleusin indica (L.) Gaertn. (rumput belulang)
A. Morfologi seluruh bagian Eleusin indica (L.) Gaertn. (rumput belulang); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga (7) Pistillum; F (8) Biji.
Deskripsi:
Rumput ini berumur pendek, berumpun kuat, jumlahnya kecil, pada batangnya seringkali bercabang pada bagian pangkalnya. Tingginya mencapai 0,1-0,9 m. pada tiap bukunya terdapat 3-5 daun yang letaknya saling menutupi, dari salah satu ketiak daunnya tumbuh tunas baru. Helaian daunnya berbentuk garis, dengan tepi kasar, pada ujungnya, pelepahnya berwarna hijau muda, berbulu halus yang ukurannya panjang. Perbungaannya tegak terdiri atas 4-6 bulir yang tersusun terpusar diujung, 1-2 bulir yang dibawah letaknya berseling. Panjang masing-masing bulir 3-5 cm, bulirnya licin terdapat 4-12 buah bung. Sekam tertempel dan saling berhadapan, benang sarinya 3, kepala sari pendek, tangkai putiknya 2 berwarna ungu. Rumput ini memiliki musim perbungaan sepanjang tahun.[20]
10. Eragrotis amabilis O.K. (rumput empirit-empiritan)
Gambar 4.10. Morfologi Eragrotis amabilis O.K. (rumput empirit-empiritan)
A. Morfologi seluruh bagian Eragrotis amabilis O.K. (rumput empirit-empiritan); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8) Pistillum, (9) Sekam; F (10) Biji.

Deskripsi:
Rumput ini berumur 1 tahun memiliki rumpun yang banyak, tingginya mencapai 0,1-0,6 m. Batang berbentuk bulat cylindris, semakin kebawah semakin berongga. Helaian daun berbentuk garis, tepinya kasar dengan ukuran 0,2-0,7 cm. bunga berbentuk malai, bulir bertangkai pendek berwarna keunguan. Sekam memiliki bulu yang panjang, kepala sari berwarna ungu, tangkai putiknya 2.[21]
11. Eulalia amaura (Buese) Ohwi. (rumput lamuran)
Gambar 4.11. Morfologi Eulalia amaura (Buese) Ohwi. (rumput lamuran)
A. Morfologi seluruh bagian Eulalia amaura (Buese) Ohwi. (rumput lamuran); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8) Sekam; F (9) Biji.

Deskripsi:
Rumput ini tumbuh dibeberapa musim. Batangnya rimpang dan berongga pada bagian dalamnya. Pertumbuhannya menjalar yang kadang-kadang meninggi juga, percabangannya kesemua arah. Pelepahnya hijau keunguan dengan bulu-bulu halus di sepanjang tepi dan pangkalnya. Helaian daunnya berbentuk ujung tombak, permukaannya berbulu halus. Perbungaannya berupa bunga tandan yang tertutup, tandan tumbuh tegak dan panjangnya sampai 8 cm. bulirnya berpasangan dengan susunan yang berseling, pada setiap pasangnya ada satu buliran bertangkai dan ada pula yang tidak bertangkai. Seluruh permukaan bulirnya berbulu halus atau licin, warnanya coklat kekuningan.[22]
13. Imperata cylindrica Beauv. Van mayor Hubb (alang-alang)
Gambar 4.13. Morfologi Imperata cylindrica Beauv. Van mayor Hubb (alang-alang)
A. Morfologi seluruh bagian Imperata cylindrica Beauv. Van mayor Hubb (alang-alang); B (Akar); C (Batang); D. (3) Apex, (4) Margo, (5) Basal; E. (6) Stamen, (7) Pistillum, (8) Sekam; F (9) Biji.
Deskripsi:
Rumput menahun dengan tunas menjalar yang keras, tinggi mencapai 0,1-0,4 m. batangnya langsing, sedikit pipih, batang yang tua memilki rongga kecil. Helaian daun berbentuk garis, tepinya kasar, berwarna hijau kebiruan, memiliki rambut ataupun gundul, ukurannya 0,2-0,7 cm. jumlah bulir 3-9 mengumpul, panjangnya 1,5-6 cm. Sekam berjumlah 1-2, benang sari berjumlah 3, tangkai putik berjumlah 2, kepala putiknya berwarna ungu, muncul diantara anak bulir.[23]
15. Paspalum commersii Lamk. (rumput gegenjuran)
Gambar 4.15. Morfologi Paspalum commersii Lamk. (rumput gegenjuran)
A. Morfologi seluruh bagian Paspalum commersii Lamk. (rumput gegenjuran); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D. (4) Apex, (5) Margo, (6), Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8) Sekam; F (9) Biji.






Deskripsi:
Buluh yang menjalar berwarna ungu dan percabangannya sederhana. Pada tiap buku-bukunya keluar akar dan tumbuh tunas baru. Pelepahnya licin dan panjangnya sampai 5 cm. permukaan daunnya rata dengan tepi yang berbulu halus. Percabangannya berupa sepasang tandan, seringkali terdapat satu tandan lagi di bawahnya. Tumbuh tandannya tegak atau condong. Bentuk bulirannya bulat telur, permukaannya rata, pada bagian tepinya berambut halus dan warnanya kuning. Memiliki benang sari 3, dan musim berbunganya sepanjang tahun.[24]
16. Pogonatherum paniceum Hack. (rumput bambu)
Gambar 4.16. Morfologi Pogonatherum paniceum Hack. (rumput bambu)
A. Morfologi seluruh bagian Pogonatherum paniceum Hack. (rumput bambu); B (1) Akar; C. Batang: (2) Internodus, (3) Nodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8) Sekam; F (9) Biji.
Deskripsi:
Rumput menahun yang sangat kuat, tingginya mencapai 0,1-0,6 m, batangnya memiliki cabang dan berbentuk bulat cylindris. Pada pangkalnya, daun memiliki bulu yang pendek, lidah daunnya pendek, helaian daun berbentuk garis, dan sepanjang tepi daunnya kasar. Pada tumbuhan yang tua memiliki bulir yang banyak dengan ukuran 1,5-3,5 cm, anak bulirnya panjang yang berukuran 2-3 mm. Kepala putik berwarna kuning, tangkai putiknya berjumlah 2. Rumput ini tumbuh pada daerah yang bermusim kemarau.[25]
17. Shorgum halapenses (L.) Pers. (rumput cantel)
Gambar 4.17. Morfologi Shorgum halapenses (L.) Pers. (rumput cantel)
A. Morfologi seluruh bagian Shorgum halapenses (L.) Pers. (rumput cantel); B (1) Akar; C. Batang: (2) Nodus, (3) Internodus; D. Daun: (4) Apex, (5) Margo, (6) Basal; E. Bunga: (7) Stamen, (8) Sekam; F (9) Biji.
Deskripsi:
Rumput cantel rumpungnya tidak banyak dan biasanya hanya terdiri atas beberapa buluh saja. Hidupnya selama beberapa musim. Buluhnya licin dan ditutupi sejenis zat lilin yang tipis, tinggi masing-masing buluh sampai 3 m. Pada buku-buku yang letaknya dibawah keluar akar-akar yang kuat. Pelepah licin dan berbulu pada bagian pangkal daun. Helaian daunnya lebar dengan pangkal yang bundar dan ujungnya lancip sekali. Permukaan daun licin dan tepinya tajam warnanya hijau muda atau hijau muda keunguan, permukaannya berbulu halus. Perbanyakannya adalah dengan biji, meskipun demikian anakannya juga dapat membantu perkembang biakannya.[26]


[1]C.G.G.J. van Steenis, Flora  (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006), h. 107.

[3]Tini Wulandari. “Manfaat rebung”. http://www.duniapustaka.net/KSU-pointer/manfaat_ rebung  (08 September 2009), h. 1.

[4]Ibid.

[5]C. G. G. S Van Steenis.,loc. cit.

[6]Gembong. “Morfologi Tumbuhan”. Griya, hal. 32, 34  40, 41, dan 49.
[7]Merryana Kiding. Koleksi Jenis-Jenis Bambu di KHDTK Mengkendek - Tana Toraja (Sulawesi selatan: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, 2009), h. 142
[8]J.A. Sonjaya. “Konstruksi Bambu”. Http://www.sahabatbambu.com/services/bamboo-construction. htm&imgurl (30 April 2011), h. 1.

[9]Ibid,.h. 139.

[10]Ibid,.h. 140.

[11]J.A. Sonjaya. “Jenis-Jenis Bambu Yang Bernilai Ekonomis”. http://www.sahabatbambu. com/ jenis-jenis-bambu-bernilai-ekonomis.htm. (01 Januari 2010), h. 1.
[12]Ibid.
[13]C.G.G.J. van Steenis, loc. cit.

[14]Ibid., h. 110.

[15]Ibid.

[16]Ibid.
[17]Ibid., h. 109.
[18]Ibid., h. 108.

[19]Setijati Sastrapradja, Jenis Rumput Dataran Rendah (Bogor: Lembaga Biologi Nasional, 1980), h. 25.
[20]C.G.G.J. van Steenis, op. cit., h. 110.

[21]Ibid., h. 116.
[22]Setijati Sastrapradja, op. cit., h. 59.
[23]Ibid., h. 110.
[24]Ibid., h. 79.
[25]C.G.G.J. van Steenis, op. cit., h. 104.
[26]Setijati Sastrapradja, op. cit., h. 13.
                                                                                                                                                       


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
            Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa jenis dari suku Poacecae yang terdapat di area kampus 2 UIN Alauddin yaitu 17 jenis antara lain Axonopus compressus, Bambusa apus, Bambusa vulgaris, Chloris barbata, Cynodon dactylon, Cyperus rotundus, Dactyloctenium aegyptium, Digitaria sanguinalis, Eleusin indica, Eragrotis amabilis, Eulalia amaura, Fimbristylis annua, Imperata cylindrical, Panicum maximum, Paspalum commersonii, Pogonatherum paniceum, dan Sorghum halapenses.

B. Saran

            Adapun saran yang dapat dikemukakan oleh penulis sehubungan dengan penelitian ini yaitu diharapkan kepada peneliti lainnya untuk melakukan penelitian yang relevan dengan penelitian ini, khususnya mengenai perbedaan anatomi familia Poacecae.
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             



DAFTAR PUSTAKA



Afriastin. Daftar Nama Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya, 1994.

Agusta, Andria. Minyak Atsiri Tumbuhan Tropik., Bandung: ITB, 2000.

Ariningsih, Rizki Istya. “Isolasi Streptomyces Dari Rizosfer Familia Poaceae Yang Berpotensi Menghasilkan Anti jamur Terhadap Candida Albicans.” Skripsi Sarjana, Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta, 2009.

Crowder, and Chheda. Tropical Grassland Husbandry. New York: Longman Inc, 1982.

Dasuki, Undang. Sistematik Tumbuhan Tinggi. Pusat Antar University, Bidang ilmu Hayati ITB: Bandung, 1991.

Departemen Agama RI.  Alqur’an dan Terjemahannya. Surabaya: CV. Karya Utama, 2007.

Gassing, Qadir, dan W, halim. Pedoman Penulisan karya Tulis Ilmiah, Makalah, Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Alauddin press: Makassar, 2008.

Hariyanto, Sucipto. Teori dan Praktik Ekologi. Surabaya: Airlangga University Press, 2008.

Hasan, Syamsuddin. ilmu Tanaman Makanan Ternak. Makassar: Alauddin Press, 2006.

Kumurur, A. Veronika, Ir. Rumput Lansekap untuk Lapangan Olah Raga, Taman, Areal parkir, Jakarta: Penebar Swadaya, 1998.

Loveless. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis. Jakarta: PT Gramedia, 1998.

Nasution. “Pengamatan Berbagai Jenis Tumbuhan Penutup Tanah di Perkebunan Karet. Pros. Lokakarya Karet 1984 PN/PT Perkebunan Wilayah I. P4TM. Tanjung Morawa”, (1984).


Pudjorianto. Pengantar dan Dasar-Dasar Sistematika Tumbuhan. Yogyakarta: Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada, 1984.

Sastrapradja, Setijati. Jenis Rumput Dataran Rendah. Bogor: Lembaga Biologi Nasional, 1980.

Slamet, Juli Soemitra. Keseimbangan Lingkungan. Yogyakarta, Gadjah Mada University, 1994.

Steenis, C.G.GJ. Van. Flora. Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2006.

Sudarsono, Ratnawati, dan Budiwati. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang, 2005.

Syamsiah. Taksonomi Tumbuhan Tinggi.  Makassar: Jurusan Biologi FMIPA UNM, 2008.

Tjitrosoepomo, Gembong. Taksonomi Tumbuhan (Taksonomi Khusus). Jakarta: Bhratara Karya Aksara, 1981.

______. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2002










0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 Mega's Blogg and Powered by Blogger.